Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Dukung Jepang Lakukan Pembicaraan dengan Korea Utara

Kompas.com - 14/02/2024, 20:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

TOKYO, KOMPAS.com - Amerika Serikat mendukung upaya Jepang untuk mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara.

AS juga berharap dialog apa pun akan berupaya menyelesaikan masalah mulai dari keamanan regional hingga hak asasi manusia, kata utusan Washington untuk masalah hak asasi manusia Korea Utara pada Rabu (14/2/2024).

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada parlemen pekan lalu bahwa dia ingin mengadakan pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dan secara pribadi mengawasi diskusi tingkat tinggi dengan Pyongyang.

Baca juga: [UNIK GLOBAL] Merpati Mata-mata China | Berwisata ke Korea Utara

“Saya tidak dapat berbicara atas nama pemerintah Jepang mengenai perkembangan pembicaraan tersebut,” Julie Turner, utusan khusus AS untuk masalah hak asasi manusia Korea Utara, mengatakan kepada media saat berkunjung ke Tokyo, dilansir dari Reuters.

“Di pihak AS, kami telah memperjelas bahwa kami terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara tanpa prasyarat, jadi saya pikir hal itu juga berlaku bagi mitra dan sekutu dekat kami,” katanya.

Dia mengatakan dialog apa pun harus mencari penyelesaian mengenai berbagai masalah termasuk keamanan regional, situasi hak asasi manusia di Korea Utara, serta kembalinya warga Jepang yang diculik oleh Korea Utara beberapa dekade lalu, yang merupakan fokus utama Tokyo.

Lima orang yang diculik dikembalikan ke Jepang setelah pertemuan puncak antara mantan Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-il pada tahun 2002.

Pasangan ini juga bertemu pada tahun 2004, yang merupakan pembicaraan tatap muka kepemimpinan terakhir antara kedua negara.

Pembicaraan kepemimpinan terakhir antara AS dan Korea Utara di bawah mantan Presiden Donald Trump gagal pada tahun 2019 dan mendapat kritik karena menghambat dialog di masa depan.

“Kembali ke meja perundingan adalah prioritas saat ini sehingga kita dapat mulai mengatasi permasalahan tersebut,” kata Turner.

Baca juga: Korea Utara Batalkan Semua Kerja Sama Ekonomi dengan Korea Selatan

Turner mengatakan AS, melalui kedutaan besarnya di Beijing, juga telah menekan Tiongkok untuk tidak memulangkan warga Korea Utara secara paksa ke Pyongyang karena kemungkinan besar mereka akan menghadapi penganiayaan.

Hingga 600 warga Korea Utara telah menghilang setelah dideportasi secara paksa oleh China pada bulan Oktober, menurut kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Seoul yang memperingatkan bahwa mereka mungkin menghadapi hukuman penjara, penyiksaan, kekerasan seksual dan eksekusi.

"China memiliki dan terus berpegang pada argumen bahwa orang-orang ini adalah migran ekonomi,” katanya.

Baca juga: AS Tuduh Rusia Pakai 9 Rudal Korea Utara untuk Serang Ukraina

Dia mengatakan AS juga semakin khawatir dengan pengiriman kelompok baru pekerja Korea Utara ke luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com