Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan di Laut Merah Paksa Pengalihan Rute, Rantai Pasokan Terganggu

Kompas.com - 18/12/2023, 21:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

KAIRO, KOMPAS.com - Kelompok Houthi Yaman kembali melancarkan serangannya di Laut Merah. Bahkan beberapa peluru telah ditembakkan ke sebuah kapal di Laut Merah bagian selatan pada Senin (18/12/2023).

Dampaknya, perusahaan-perusahaan pengangkutan global terpaksa mengubah rute di sekitar Tanjung Harapan untuk menghindari Terusan Suez. Sehingga mengganggu rantai perdagangan maritim dunia.

Menurut pejabat Amerika Sekitar (AS), serangkaian serangan rudal dan drone ke kapal-kapal di wilayah tersebut sebagai respons terhadap serangan Israel di Jalur Gaza.

Baca juga: Kapal Perang Inggris Tembak Jatuh Drone Serang di Laut Merah

Sebagaimana diberitakan Reuters pada Senin (18/12/2023), belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terbaru tersebut.

Kini, beberapa perusahaan besar termasuk MSC mulai berlayar keliling Afrika, sehingga menambah biaya.

Adanya penundaan kapal untuk berlayar juga diperkirakan bakal terjadi dalam beberapa minggu mendatang. Sedikitnya 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez yang jadi rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia.

Analis ABN Amro, Albert Jan Swart mengatakan, pengalihan rute tersebut berdampak pada setengah pasar pengiriman peti kemas global.

"Menghindari Laut Merah, maka biayanya akan lebih tinggi karena waktu perjalanannya jadi lebih lama," kata Swart.

Perusahaan minyak BP juga menghentikan sementara semua transit melalui Laut Merah menyusul serangan pada akhir pekan.

Baca juga: Houthi Tembakkan Rudal ke Kapal Kargo di Laut Merah, Ancam Pelayaran Dunia

Perang Israel-Hamas yang dimulai pada 7 Oktober 2023, telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh kawasan.

Bahkan serangan terhadap kapal-kapal tersebut juga telah mendorong Amerika Serikat dan sekutunya untuk membahas satuan tugas untuk melindungi rute-rute Laut Merah.

Rico Luman, seorang analis di ING mengatakan, pengalihan tersebut menambah setidaknya satu minggu waktu berlayar bagi kapal kontainer.

Biasanya, pengiriman barang dari Shanghai ke Rotterdam memakan waktu sekitar 27 hari melalui Terusan Suez.

"Ini setidaknya akan menyebabkan penundaan pada akhir Desember, dan dampaknya akan terjadi pada bulan Januari. Atau mungkin Februari karena putaran berikutnya juga akan tertunda," ungkap Luman.

Sementara Zvi Schreiber, CEO platform pengangkutan global Freightos mengatakan, meski tarif pengangkutan akan meningkat tetapi operator sedang mencari cara untuk memanfaatkan kelebihan kapasitas.

Terusan Suez merupakan sumber mata uang asing yang penting bagi Mesir. Sekitar 90 persen perdagangan dunia diangkut melalui laut.

Asosiasi Kamar Pelayaran Internasional menyatakan pada hari Jumat (15/12/2023) bahwa serangan Houthi terhadap jalur pelayaran menjadi ancaman serius terhadap perdagangan internasional.

Baca juga: Bantuan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Penyeberangan Kerem Shalom

Pihaknya juga mendesak pasukan angkatan laut di wilayah tersebut untuk melakukan upaya agar dapat menghentikan serangan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com