Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Persen Penduduk Dewasa Usia Kerja di China Gagal Bayar Utang

Kompas.com - 05/12/2023, 18:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Sebanyak 8,5 juta peminjam di China, sekitar 1 persen dari penduduk dewasa usia kerja di China, masuk dalam daftar hitam pemerintah karena gagal membayar utangnya.

Financial Times melaporkan bahwa pihak di China yang gagal bayar mencapai rekor tertingginya.

Sebanyak 8,54 juta peminjam yang masuk daftar hitam, yang sebagian besar berusia antara 18 dan 59 tahun, dilarang membeli tiket pesawat, melakukan pembayaran seluler menggunakan aplikasi seperti Alipay, bekerja untuk pemerintah, menggunakan jalan tol, dan melakukan banyak aktivitas lainnya.

Baca juga: China Izinkan Restrukturisasi Utang untuk Sri Lanka

Jumlah orang yang mangkir telah melonjak sekitar 50 persen sejak awal pandemi pada awal tahun 2020, ketika jumlahnya mencapai 5,7 juta.

Perusahaan kartu kredit telah melaporkan lebih banyak kredit macet, dan penyitaan rumah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, lapor surat kabar tersebut, mengutip bank dan konsultan.

Meningkatnya angka gagal bayar pinjaman mencerminkan tantangan yang dihadapi konsumen di banyak negara termasuk Amerika Serikat dan kekhawatiran yang meluas terhadap perekonomian global.

Pembatasan yang diberlakukan terhadap peminjam mengancam akan membebani belanja konsumen di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, sehingga menghambat pertumbuhan global.

Epidemi keterlambatan pembayaran hanyalah kesengsaraan ekonomi terbaru di China, yang sedang menghadapi guncangan lanjutan dari pandemi Covid-19 termasuk perlambatan pertumbuhan, kenaikan upah yang stagnan, krisis real estat, dan tingkat pengangguran kaum muda dalam sejarah.

Meskipun perekonomian AS tidak terpuruk seperti perekonomian China, perekonomian AS menghadapi prospek gelombang gagal bayar pinjaman akibat tingginya inflasi dan suku bunga.

Rumah tangga mengalami inflasi yang mencapai angka tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yaitu lebih dari 9 persen pada musim panas lalu, dan pertumbuhan harga tahunan tetap hampir dua kali lipat dari target 2 persen Federal Reserve dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Biden Teken UU Penangguhan Plafon Utang, Amerika Lolos dari Kebangkrutan

Respons The Fed berpusat pada menaikkan suku bunga dari hampir nol menjadi lebih dari 5 persen sejak awal tahun 2022, karena suku bunga yang lebih tinggi mendorong penghematan dibandingkan pengeluaran dan membuat pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga cenderung mengurangi permintaan.

Akibatnya, rumah tangga Amerika menghadapi beban ganda, yaitu biaya hidup yang lebih tinggi dan pembayaran utang bulanan yang lebih besar seperti kartu kredit, pinjaman mobil, dan hipotek.

Baca juga: Senat AS Loloskan Legislasi Plafon Utang, Amerika Terhindar dari Bencana Gagal Bayar

Peminjam lainnya, seperti pengembang real estat komersial, menghadapi biaya refinancing yang jauh lebih besar, merosotnya nilai aset, dan krisis kredit karena bank-bank yang khawatir menarik kembali pinjamannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com