Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Kompas.com - 28/09/2023, 19:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber NDTV

MELBOURNE, KOMPAS.com - Taylor Swift adalah penyanyi-penulis lagu dan aktris Amerika yang terkenal secara global dan salah satu artis paling sukses secara komersial di industri musik.

Ia telah memberikan dampak budaya, ekonomi, dan musik yang luar biasa di seluruh dunia.

Kini, Australia akan mengadakan simposium akademis internasional pertama di dunia tentang dampak Taylor Swift.

Baca juga: Kisruh Tiket Taylor Swift Perancis, Ticketmaster Hentikan Penjualan

Dilansir dari NDTV, University of Melbourne akan menjadi tuan rumah Swiftposium 2024 pada bulan Februari.

Acara yang berlangsung selama tiga hari ini akan menjadi simposium akademis internasional dan bertepatan dengan tur Eras-nya di Australia.

Menurut Rolling Stone, meskipun Swift telah menjadi subjek dari beberapa mata kuliah di universitas di Amerika Serikat, ini adalah pertama kalinya sebuah simposium global diselenggarakan untuk mengkaji dampaknya terhadap segala hal, mulai dari industri musik, fandom, budaya pop, hingga ekonomi.

Acara ini akan berlangsung pada tanggal 11-13 Februari 2024 di University of Melbourne dan juga secara online.

Acara diselenggarakan secara kolaboratif oleh para akademisi dari tujuh universitas di Australia dan Selandia Baru.

"Swiftposium adalah konferensi akademis hibrida bagi para akademisi untuk terlibat dalam dialog kritis tentang popularitas Swift dan implikasinya yang mendalam terhadap berbagai isu, termasuk gender, fandom, budaya populer, literatur, ekonomi, industri musik, dan banyak lagi," tulis situs web acara tersebut dalam panggilan untuk proposal.

Situs ini menawarkan daftar topik yang memungkinkan, dan menambahkan bahwa keterlibatan kritis terhadap fenomena Taylor Swift sangat dianjurkan, dan suara serta pendapat yang beragam sangat diterima.

Baca juga: Wanita Ohio Melahirkan di Konser Taylor Swift

Menurut BBC, Swift, yang melejit menjadi bintang saat masih remaja, telah menemukan dirinya berada di tengah-tengah momen budaya dan perdebatan besar sepanjang karirnya.

Penyanyi berusia 33 tahun ini telah menjadi salah satu artis dengan penghasilan tertinggi dan paling banyak penghargaan sepanjang masa, sekaligus memicu perbincangan tentang segala hal mulai dari royalti streaming dan kepemilikan musik hingga misogini dan cancel culture.

Baca juga: Jutaan Orang Berebut Tiket Konser Taylor Swift di Singapura, Ada Aksi Calo Juga

Itulah efek dari Eras Tour Swift saat ini yang telah membuat situs-situs penjualan tiketnya lumpuh, para ahli telah menciptakan tren "Swiftonomics" yang baru, dan tempat-tempat seperti Victoria di Australia telah bergegas melakukan reformasi hukum scalping.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com