Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kunjungi Taman Nasional Band-e-Amir

Kompas.com - 28/08/2023, 20:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

 

KABUL, KOMPAS.com - Para pemerhati hak asasi manusia (HAM) mengecam keputusan Taliban melarang perempuan untuk mengunjungi salah satu taman nasional paling populer di Afghanistan.

Ini menjadi larangan terbaru yang semakin menutup akses perempuan Afghanistan terhadap kehidupan publik di bawah pemerintahan Taliban.

Kementerian Moralitas Pemerintah Taliban menutup taman nasional Band-e-Amir bagi perempuan pada akhir pekan lalu dengan alasan para pengunjung perempuan tak mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariat Islam.

Baca juga: Taliban Larang 100 Wanita Terbang ke Dubai untuk Mendapat Beasiswa

Taman Band-e-Amir adalah Situs Warisan Dunia UNESCO yang terletak 175 kilometer di sebelah barat Kabul. Taman nasional ini terkenal dengan danau biru yang dikelilingi tebing-tebing terjal.

Taman di provinsi Bamiyan tersebut merupakan tempat yang sangat populer untuk pariwisata domestik dan seringkali dipadati oleh warga Afghanistan di bibir danau atau mengayuh perahu sewaan.

Direktur Hak Asasi Perempuan di Human Rights Watch (HRW), Heather Barr, mengatakan kepada AFP, bahwa keputusan Taliban begitu kejam dengan melarang perempuan berkunjung ke taman nasional.

"Tidak puas dengan merampas pendidikan, pekerjaan, dan kebebasan bergerak bagi anak perempuan dan perempuan, Taliban juga ingin merampas taman, olahraga, dan bahkan alam," ujarnya.

"Selangkah demi selangkah tembok-tembok itu semakin mendekat ke arah perempuan karena setiap rumah menjadi penjara," katanya.

Baca juga: Taliban: Wanita Bisa Kehilangan Nilai Jika Pamerkan Wajah Depan Umum

Menteri Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Afghanistan, Mohammad Khalid Hanafi, membenarkan larangan tersebut pada Sabtu (26/8/2023), dengan alasan perempuan tidak mengenakan jilbab dengan benar.

"Kita harus mengambil tindakan mulai hari ini. Kita harus mencegah ketidakpatuhan terhadap hijab," katanya saat berkunjung ke provinsi Bamiyan.

Juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Afghanistan, Akef Muhajir mengatakan kepada AFP, bahwa para pemuka agama setempat meminta penutupan sementara karena perempuan dari luar provinsi tidak mematuhi aturan berpakaian hijab.

Dia menyebut, taman nasional lain di Afghanistan tetap terbuka untuk semua.

Sejak kembali berkuasa pada Agustus 2021, otoritas Taliban telah memberlakukan interpretasi Islam yang ketat, dengan perempuan menanggung beban hukum yang dicap PBB sebagai "apartheid gender".

Pelapor Khusus PBB untuk HAM di Afghanistan Richard Bennett melempar pertanyaan di situs media sosial X, pada Minggu (27/8/2023), "Mengapa pembatasan ini diperlukan untuk mematuhi Syariah dan budaya Afghanistan?".

Perempuan telah dilarang mengunjungi taman, pameran dan pusat kebugaran, serta harus menutup diri di depan umum sejak pihak berwenang Taliban kembali berkuasa dua tahun lalu.

Mereka juga sebagian besar telah diblokir dari bekerja untuk badan-badan PBB atau LSM, dengan ribuan orang dipecat dari pekerjaan pemerintah atau dibayar untuk tinggal di rumah.

Baca juga: 2 Tahun Taliban Berkuasa Lagi, Warga Afghanistan: Seperti Mimpi Buruk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com