Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban: Wanita Bisa Kehilangan Nilai Jika Pamerkan Wajah Depan Umum

Kompas.com - 18/08/2023, 18:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Wanita bisa kehilangan nilai jika pria dapat melihat wajah mereka yang tidak tertutup di depan umum.

Ini disampaikan seorang juru bicara kementerian utama pemerintah Taliban Afghanistan pada Kamis (17/8/2023).

Dia menambahkan bahwa para ulama di negara itu setuju bahwa seorang wanita harus menutupi wajahnya ketika di luar rumah.

Baca juga: 2 Tahun Taliban Berkuasa Lagi, Warga Afghanistan: Seperti Mimpi Buruk

Dilansir dari Associated Press, Taliban, yang mengambil alih negara itu pada Agustus 2021, menyebut kegagalan perempuan untuk mematuhi cara yang tepat mengenakan jilbab, atau jilbab Islami, sebagai alasan untuk melarang mereka dari sebagian besar ruang publik, termasuk taman, pekerjaan, dan universitas.

Molvi Mohammad Sadiq Akif, juru bicara Kementerian Wakil dan Kebajikan Taliban, mengatakan bahwa jika wajah perempuan terlihat di depan umum ada kemungkinan fitnah, atau jatuh ke dalam dosa.

“Sangat buruk melihat perempuan (tanpa hijab) di beberapa daerah (kota besar), dan para ulama kita juga sepakat bahwa wajah perempuan harus disembunyikan,” ujar Akif.

“Bukan berarti wajahnya akan terluka atau rusak. Seorang wanita memiliki nilainya sendiri dan nilai itu berkurang saat pria memandangnya. Allah menghormati wanita berhijab dan ada nilai dalam hal ini," tambahnya.

Tim Winter, Dosen Syekh Zayed dalam Studi Islam di Fakultas Ketuhanan di Universitas Cambridge, mengatakan tidak ada mandat kitab suci dalam Islam untuk penutup wajah.

Namun, Taliban akan berjuang untuk menemukan apa pun dalam kitab suci Islam yang mendukung interpretasi mereka tentang aturan jilbab.

“Nama mereka (saja) menyiratkan bahwa mereka bukan ahli agama senior,” katanya. “Kata Taliban berarti pelajar."

Baca juga: PBB Desak Pengadilan Internasional Adili Taliban Terkait Diskriminasi Gender

Dia mengatakan Taliban beroperasi berdasarkan buku teks yang digunakan di madrasah desa, sekolah agama, dan bahwa para cendekiawan Muslim yang pernah ke Afghanistan selama kedua periode pemerintahan Taliban telah diremehkan oleh tingkat pengetahuan agama mereka.

“Mereka begitu terisolasi dari komunitas Muslim yang lebih luas," ujarnya.

Pembatasan Taliban terhadap anak perempuan dan perempuan telah menyebabkan kemarahan global, termasuk dari beberapa negara mayoritas Muslim.

Sebelumnnya, utusan khusus PBB Gordon Brown mengatakan Pengadilan Kriminal Internasional harus menuntut para pemimpin Taliban atas kejahatan terhadap kemanusiaan karena menolak pendidikan dan pekerjaan untuk anak perempuan dan perempuan Afghanistan.

Akif, yang merupakan juru bicara utama Kementerian Wakil dan Kebajikan, tidak menjawab pertanyaan tentang larangan tersebut, termasuk apakah larangan tersebut dapat dicabut jika ada kepatuhan universal terhadap aturan jilbab.

Dia mengatakan ada departemen lain untuk menangani masalah ini.

Baca juga: Tanggapan Kemenlu RI soal Kabar Taliban ke Jakarta

Akif mengatakan kementerian tidak menghadapi kendala dalam pekerjaannya dan orang-orang mendukung tindakannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com