Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Tutup Kantor Raksasa E-commerce karena Foto Karyawan Perempuan Tanpa Hijab

Kompas.com - 24/07/2023, 21:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia

TEHERAN, KOMPAS.com - Pihak berwenang Iran menutup salah satu kantor perusahaan e-commerce terbesar di negara itu dan mengajukan gugatan hukum ke pengadilan.

Tindakan tersebut terjadi setelah perusahaan itu dilaporkan menerbitkan secara online foto-foto yang menunjukkan sejumlah karyawan perempuan tidak mengenakan hijab.

Langkah itu tampaknya menjadi bagian dari kampanye baru yang diluncurkan minggu lalu untuk memberlakukan aturan berpakaian Islami hampir setahun setelah polisi moralitas sebagian besar dibubarkan karena menghadapi protes besar-besaran.

Baca juga: Iran Bantah Minyak di Kapal Tanker yang Disita Indonesia Milik Mereka

Digikala, yang secara informal dikenal sebagai "Amazon Iran", tampaknya telah melanggar aturan dengan memposting foto-foto pertemuan perusahaan itu dengan beberapa karyawan perempuan terlihat tidak mengenakan hijab.

Perusahaan itu memiliki lebih dari 40 juta pengguna aktif bulanan dan menampung lebih dari 300.000 pedagang.

Masyarakat Iran sebagian besar terputus dari para pengecer internasional seperti Amazon karena sanksi-sanksi Barat terkait dengan program nuklir yang disengketakan negara itu.

Situs harian Hamshahri Iran, yang berafiliasi dengan pemerintah ibu kota, Teheran, melaporkan pada Minggu (23/7/2023) malam bahwa salah satu kantor Digikala telah disegel. Meski demikian, media itu mengatakan situs web perusahaan e-commerce itu tetap beroperasi secara normal.

Situs web kehakiman Iran mengatakan gugatan hukum sehubungan dengan foto tersebut telah diajukan ke pengadilan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Baca juga: Kepala Polisi Iran soal Aturan Wajib Berjilbab: Tak Bisa Diubah

Protes nasional meletus musim gugur lalu setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moralitas.

Mahsa Amini tampaknya ditahan karena melanggar aturan berpakaian negara itu, yang mengharuskan laki-laki dan perempuan berpakaian konservatif dan perempuan menutupi rambut mereka di depan umum.

Protes dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi Iran, yang mengambil alih kekuasaan setelah revolusi 1979.

Pihak berwenang menanggapi dengan tindakan keras sehingga mengakibatkan lebih dari 500 pengunjuk rasa tewas dan hampir 20.000 ditahan.

Protes sebagian besar mereda pada awal tahun ini tetapi masih ada tanda-tanda ketidakpuasan yang meluas.

Setelah protes dimulai, polisi moralitas sebagian besar menghilang dari jalanan dan banyak perempuan —terutama di Teheran dan kota-kota lain— berhenti mengenakan hijab.

Tetapi, para pejabat bersikeras selama krisis bahwa peraturan tidak pernah berubah. Ulama-ulama yang berkuasa di Iran memandang hijab sebagai pilar utama Republik Islam itu dan menganggap pakaian gaya Barat sebagai tanda dekadensi.

Pekan lalu, polisi moralitas kembali turun ke jalan-jalan saat para pejabat mengumumkan upaya baru untuk memaksa perempuan mengenakan hijab. 

Baca juga: Pengamat: Kewajiban Berhijab Iran adalah Kegagalan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com