Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Silicon Valley Bangkrut, Dana Nasabah Rp 2,7 Kuadriliun "Nyangkut"

Kompas.com - 12/03/2023, 19:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Reuters/VOA Indonesia

SANTA CLARA, KOMPAS.com - Otoritas jasa keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan kantor utama dan semua kantor-kantor cabang Silicon Valley Bank (SVB) yang ditutup setelah kolaps akan dibuka kembali pada Senin (13/3/2023).

Mengutip regulator perbankan, Lembaga Penjaminan Simpanan Federal (Federal Deposit Insurance Corporation/FDIC), Reuters melaporkan semua nasabah yang masuk penjaminan akan bisa mengakses dana mereka paling lambat Senin (13/3/2023) pagi.

Namun, menurut data FDIC, sekitar 89 persen dari dana yang disimpan di bank itu senilai 175 miliar dollar AS (Rp 2,7 kuadriliun) per akhir 2022 tidak masuk dalam penjaminan dan nasib dana-dana itu belum jelas.

Baca juga: Bank Terbesar di Silicon Valley Bangkrut

Menurut sejumlah sumber yang mengetahui masalah tersebut, FDIC sedang berupaya untuk mencari bank-bank lain yang bersedia merger dengan SVB yang fokus pada pembiayaan perusahaan rintisan.

Meski FDIC berharap merger bisa terlaksana pada Senin (13/3/2023) untuk melindungi simpanan tanpa penjaminan, belum ada kepastian mengenai merger itu, tambah para sumber yang meminta tidak diungkap identitasnya karena informasi yang diberikan bersifat rahasia.

Mencari pembeli

Secara terpisah, SVB Financial, perusahaan induk dari Bank Silicon Valley, bekerja sama dengan bank investasi Centerview Partners dan firma hukum Sullivan & Cromwell mencari pembeli untuk aset-aset lainnya.

Sumber itu mengatakan aset-aset itu antara lain bank investasi SVB Securities, perusahaan pengelola kekayaan Boston Private dan perusahaan riset ekuitas MoffettNathanson.

Aset-aset tersebut diharapkan dapat menarik perhatian bank-bank kompetitor dan perusahaan ekuitas swasta.

SVB tidak menanggapi permintaan komentar.

Sejumlah perusahaan rintisan, seperti pembuat video game Roblox Corp dan pembuat perangkat streaming Roku Inc, mengatakan mereka memiliki simpanan bernilai ratusan juta dollar AS di bank tersebut.

Roku mengatakan simpanannya di SVB sebagian besar tidak masuk penjaminan. Harga saham Roku anjlok 10 persen dalam sesi perpanjangan perdagangan.

Masalah di SVB menyoroti bagaimana upaya bank sentral AS Federal Reserve bank sentral lainnya untuk meredam inflasi dengan mengakhiri era pinjaman murah, mengungkap kerentanan di pasar. Kekhawatiran melanda sektor perbankan.

Menurut perhitungan Reuters, bank-bank AS telah kehilangan lebih dari 100 miliar dollar AS (Rp 1,54 kuadriliun) nilai pasar saham selama dua hari terakhir, sedangkan bank-bank di Eropa merugi sekitar 50 miliar dollar AS (Rp 773,77 triliun).

Baca juga: Inggris Antisipasi Dampak Kolapsnya Silicon Valley Bank

Sejumlah masalah menanti

Beberapa analis memperkirakan sektor perbankan akan menghadapi banyak masalah karena kasus SVB menebar kekhawatiran tentang risiko tersembunyi di sektor tersebut dan kerentanannya terhadap kenaikan biaya uang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com