MADRID, KOMPAS.com - Parlemen Spanyol pada Kamis (17/12/2022) mengesahkan undang-undang kesehatan seksual dan reproduksi yang mengizinkan anak perempuan berusia 16 dan 17 tahun untuk melakukan aborsi tanpa persetujuan orangtua.
Ini jadi kebijakan pertama untuk negara Eropa, menawarkan cuti berbayar yang didanai negara untuk perempuan tertimpa hal buruk.
"Kemajuan ini memungkinkan kita untuk menjalankan kebebasan atas tubuh kita, dengan negara mengakui kewarganegaraan penuh lebih dari setengah populasi," kata Menteri Kesetaraan Irene Montero kepada anggota parlemen sebelum pemungutan suara, yang diadopsi dengan mayoritas 190-154 dan lima abstain, dilansir dari Reuters.
Baca juga: Studi: Permintaan Warga AS untuk Pil Aborsi dari Luar Negeri Melonjak
Pemerintah koalisi kiri negara itu telah memperkenalkan RUU tersebut, yang ditentang oleh aktivis anti-aborsi dan Gereja Katolik, pada bulan Mei dengan tujuan untuk menjamin akses aborsi dan menghilangkan stigma kesehatan menstruasi.
Undang-undang yang baru menghapus masa "refleksi" tiga hari wajib bagi perempuan yang ingin mengakhiri kehamilan mereka dan menghilangkan kebutuhan bagi mereka yang berusia 16-17 tahun untuk mendapatkan persetujuan dari orangtua atau wali untuk menggugurkan kandungan.
Persyaratan ini telah diberlakukan oleh pemerintah Partai Rakyat yang konservatif pada tahun 2015.
Ini juga termasuk cuti berbayar untuk wanita hamil mulai minggu ke-39, memastikan distribusi produk menstruasi gratis di institusi publik, seperti sekolah, penjara atau pusat kesehatan, dan menunjuk kehamilan pengganti, yang ilegal di Spanyol, sebagai bentuk kekerasan terhadap wanita.
Baca juga: Google Maps AS Akan Melabeli Klinik Kesehatan yang Sediakan Aborsi
Lourdes Mendez dari partai sayap kanan Vox mengatakan bahwa dengan menyatakan aborsi sebagai hak asasi manusia, undang-undang tersebut melanggar konstitusi dan menjungkirbalikkan sistem nilai Spanyol.
"Menghadapi kehamilan yang tidak direncanakan atau bayi yang mungkin lahir cacat, hanya ada satu jalan keluar: menghilangkan nyawa anaknya," katanya.
Sonia Lamas, juru bicara klinik kesehatan wanita Dator, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada bulan Mei bahwa klinik tersebut menyambut baik langkah-langkah ini.
"Apa yang disebut periode refleksi tidak diperlukan karena wanita membuat keputusan yang sangat tepat dan kita tidak perlu merenungkan sesuatu yang telah kita putuskan," tambahnya.
Klinik tersebut telah menghadapi protes dari penentang aborsi yang secara teratur mengadakan doa bersama dan melakukan demonstrasi di depan gedung.
Baca juga: Tolak Aborsi, Istri Dibakar Suami Saat Hamil 5 Bulan, Alami Luka Bakar 100 Persen
Lamas mengatakan, kelompok itu melakukan kampanye untuk mendekati wanita di area seperti pintu masuk klinik terakreditasi yang seharusnya menjadi tempat yang aman.
Undang-undang tersebut sekarang menuju majelis tinggi untuk persetujuan akhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.