Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Devisa Pakistan Kritis, Warga Didesak Kurangi Minum Teh untuk Meringankan Beban Ekonomi

Kompas.com - 15/06/2022, 12:42 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Orang-orang di Pakistan diminta untuk mengurangi jumlah teh yang mereka minum, untuk menjaga perekonomian negara tetap bertahan.

“Menyeruput lebih sedikit cangkir sehari akan memotong tagihan impor Pakistan yang tinggi,” kata menteri senior Pakistan Ahsan Iqbal sebagaimana dilansir BBC pada Selasa (14/6/2022).

Baca juga: Hilang 8 Tahun, Motor Pria Pakistan Ini Mendadak Kembali, Ternyata Selama Ini Dipakai Polisi

Cadangan mata uang asing negara yang rendah saat ini disebut hanya cukup untuk membiayai kurang dari dua bulan kebutuhan semua impor telah membuatnya sangat membutuhkan dana.

Pakistan adalah importir teh terbesar di dunia, dan membeli lebih dari 600 juta dollar AS (Rp 8,8 triliun) tahun lalu.

"Saya mengimbau kepada bangsa untuk mengurangi konsumsi teh satu hingga dua cangkir karena kami mengimpor teh dengan pinjaman," kata Iqbal, menurut media Pakistan.

Lebih lanjut dia menyarankan agar para pedagang bisa menutup kios pasarnya pada pukul 20.30 untuk menghemat listrik.

Permohonan itu datang karena cadangan mata uang asing Pakistan terus turun dengan cepat, dan memberikan tekanan pada pemerintah untuk memotong biaya impor yang tinggi dan menyimpan dana di negara itu.

Permintaan untuk mengurangi minum teh telah menjadi viral di media sosial. 

Banyak yang meragukan masalah keuangan negara yang serius dapat diatasi dengan menghentikan minuman berkafein.

Baca juga: Kisah Tiga Bersaudara Bersatu Kembali, 75 Tahun setelah Pemisahan India-Pakistan

Cadangan devisa Pakistan turun dari sekitar 16 miliar dollar AS (Rp 235 triliun) pada Februari menjadi kurang dari 10 miliar dollar (Rp 147 triliun) pada minggu pertama Juni, hampir tidak cukup untuk menutupi biaya dua bulan dari semua impornya.

Bulan lalu pejabat di Karachi membatasi impor lusinan barang mewah yang tidak penting sebagai bagian dari upaya mereka untuk melindungi dana.

Krisis ekonomi Pakistan merupakan ujian besar bagi pemerintah Shehbaz Sharif, yang menggantikan Imran Khan sebagai perdana menteri Pakistan dalam pemungutan suara parlemen pada April.

Tak lama setelah dilantik, Sharif menuduh pemerintah Imran Khan salah mengelola ekonomi, dan mengatakan mengembalikannya ke jalurnya akan menjadi tantangan besar.

Pekan lalu kabinetnya meluncurkan anggaran baru senilai 47 miliar dollar AS (Rp 693 triliun) yang bertujuan untuk meyakinkan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memulai kembali program bailout senilai 6 miliar dollar AS (Rp 88 triliun) yang terhenti.

Kesepakatan IMF dinegosiasikan pada 2019 untuk meredakan krisis ekonomi Pakistan yang diciptakan oleh pasokan cadangan mata uang asing yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan selama bertahun-tahun.

Tetapi bantuan itu kemudian dihentikan setelah pemberi pinjaman mempertanyakan kondisi keuangan Pakistan.

Baca juga: Menlu Pakistan: Setiap Serangan terhadap China Sama Saja Menyerang Pakistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Global
Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Global
Mayoritas 'Exit Poll' Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Mayoritas "Exit Poll" Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Global
Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Global
Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Global
Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Global
Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Global
[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok 'Influencer Tuhan'

[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok "Influencer Tuhan"

Global
Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Global
Mengenal Apa Itu All Eyes on Rafah dan Artinya

Mengenal Apa Itu All Eyes on Rafah dan Artinya

Global
Trump Kini Berstatus Terpidana, Apakah Masih Bisa Maju ke Pilpres AS 2024?

Trump Kini Berstatus Terpidana, Apakah Masih Bisa Maju ke Pilpres AS 2024?

Global
Hezbollah Balas Serangan Israel dengan Drone Peledak

Hezbollah Balas Serangan Israel dengan Drone Peledak

Global
Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

Global
PM Israel Bersikeras Penghancuran Hamas Syarat Akhiri Perang di Gaza

PM Israel Bersikeras Penghancuran Hamas Syarat Akhiri Perang di Gaza

Global
Katy Perry Bakal Tampil di Pesta Pranikah Putra Orang Terkaya di India

Katy Perry Bakal Tampil di Pesta Pranikah Putra Orang Terkaya di India

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com