Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Tuduh AS dan Jerman Berperan dalam “Penelitian Berbahaya” di Laboratorium Biologi Ukraina

Kompas.com - 23/03/2022, 18:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Rilis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rusia menuding Amerika Serikat memberikan dukungan administrasi dan keuangan Amerika Serikat (AS) dan Jerman untuk setidaknya 30 laboratorium biologi Ukraina sejak 2014.

Laboratorium-laboratorium itu diklaim meneliti penyakit-penyakit mematikan, patogen, dan virus yang sangat berbahaya. Penelitian tersebut dipesan oleh Defense Threat Reduction Agency di bawah Departemen Pertahanan AS.

“Total ada tiga bidang penelitian. Sesuai pernyataan Pentagon, mereka melakukan pemeriksaan kondisi biologis di wilayah yang digunakan untuk penempatan pasukan negara-negara NATO,” klaim Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia dalam pernyataan Rabu (23/3/2022).

Baca juga: Rusia Tantang NATO Perang jika Sampai Kirim Pasukan Perdamaian ke Ukraina

Lebih lanjut menurut Rusia, jaringan laboratorium Ukraina secara reguler mengumpulkan dan membawa jenis-jenis mikroorganisme berbahaya ke AS.

Ada juga penelitian agen-agen senjata biologis dengan penyakit, yang bersifat khusus untuk wilayah tersebut, memiliki wabah alam, dan dapat menginfeksi manusia.

Selama operasi militer khusus Rusia di Ukraina, pegawai-pegawai laboratorium tersebut dilaporkan memberikan dokumen kepada pihak Rusia, yang membuktikan adanya upaya penghapusan cepat segala informasi terkait program biologi militer oleh pihak AS di wilayah Ukraina dan didanai oleh Kementerian Pertahanan AS.

“Sejak 24 Februari 2022, Kementerian Kesehatan Ukraina telah memberikan arahan supaya semua agen biologi yang ada di laboratorium dihilangkan,” tulis pernyataan itu.

Keadaan itu menurut Rusia menegaskan bahwa Washington dan Kyiv sangat takut, jika pakar Rusia mendapat bukti tak terbantahkan tentang upaya meningkatkan sifat patogen mikroorganisme dengan penggunaan metode biologi sintetis.

Baca juga: Saat Butik Gaun Pengantin di Ukraina Nyambi Membuat Rompi Serbu untuk Tentara...

Ukraina dan AS pun dituding secara sistematis melanggar Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi dan Penimbunan Senjata Bakteriologi (Biologi) dan Racun dan tentang Pemusnahannya.

Rusia secara khusus menyorot proyek yang bernama “UP-4”, yang dilaporkan memiliki tujuan untuk menentukan penyakit burung yang paling berbahaya. Ini dinilai amat berpotensi mendestabilisasi suasana epidemiologi di wilayah tertentu selama jangka waktu yang pendek.

Selain AS, Rusia mengaku ada bukti bahwa Jerman juga melaksanakan program biologi milter sendiri di Ukraina, untuk meneliti potensi penyakit mematikan seperti demam berdarah Krimea-Kongo.

“Institut Obat Tropis Bernard Nocht di Jerman bekerja sama dengan Pusat Kesehatan Umum Kementerian Kesehatan Ukraina, di mana pihak Ukraina diwajibkan mengirim sampel-sampel darah etnis Slavia dari wilayah-wilayah berbeda Ukraina,” tulis pernyataan itu.

Baca juga: 5 Dampak Ekonomi Global dari Sebulan Perang Rusia-Ukraina

Ahli Jerman dilaporkan juga mengunjungi rumah-rumah sakit di Kyiv, Odessa, dan Lviv secara reguler, untuk mempelajari ciri khas penyakit penduduk setempat. Rusia mengatakan proyek tersebut didanai oleh Kementerian Luar Negeri dan Bundeswehr Jerman.

“Tindakan Jerman yang sebelumnya tidak diketahui masyarakat umum membawa ancaman seperti halnya eksperimen biologis AS dan harus diteliti secara terperinci.”

Rusia menilai dokumen-dokumen yang diterima pihaknya itu secara nyata membuktikan fakta penciptaan senjata biologis jenis baru di laboratorium-laboratorium Ukraina oleh AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com