Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Tak Hanya Rusia, Sanksi Perang di Ukraina Akan Berdampak Parah pada Ekonomi Global

Kompas.com - 07/03/2022, 15:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan perang di Ukraina yang disusul hantaman sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, juga akan berdampak parah pada ekonomi global.

Kondisi saat ini telah melihat naiknya harga energi dan biji-bijian lebih tinggi, dan telah mengirim gelombang lebih dari 1 juta pengungsi ke negara-negara tetangga.

Baca juga: KABAR DUNIA SEPEKAN: Invasi Rusia ke Ukraina Melambat | Rusia Belum Kerahkan Kekuatan Udara Besar Serang Ukraina

"Sementara situasinya tetap sangat fluktuatif dan prospeknya tunduk pada ketidakpastian yang luar biasa, konsekuensi ekonominya sudah sangat serius," kata IMF dalam sebuah pernyataan setelah rapat dewan yang dipimpin oleh Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva sebagaimana dilansir Reuters pada Minggu (6/3/2022).

"Perang yang sedang berlangsung dan sanksi terkait juga akan berdampak parah pada ekonomi global," badan dunia itu memperingatkan.

IMF mencatat bahwa krisis menciptakan kejutan yang merugikan terhadap inflasi dan kegiatan ekonomi pada saat tekanan harga sudah tinggi.

Dikatakan bahwa guncangan harga akan terasa di seluruh dunia. Akibatnya, pihak berwenang harus memberikan dukungan fiskal untuk rumah tangga miskin, yang makanan dan bahan bakarnya merupakan bagian pengeluaran dominan.

IMF juga menambahkan bahwa kerusakan ekonomi akan meningkat jika perang meningkat.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-11 Serangan Rusia ke Ukraina, 4.300 Warga Rusia Ditahan, Erdogan Desak Gencatan Senjata

Sapuan sanksi yang dikenakan pada Rusia oleh AS, negara-negara Eropa dan lainnya juga akan memiliki "dampak substansial pada ekonomi global dan pasar keuangan, dengan limpahan yang signifikan ke negara lain."

Selain korban jiwa, Ukraina mengalami kerusakan ekonomi yang substansial. Pelabuhan laut dan bandara ditutup dan rusak, dan banyak jalan dan jembatan rusak atau hancur.

"Meskipun sangat sulit untuk menilai kebutuhan pembiayaan secara tepat pada tahap ini, sudah jelas bahwa Ukraina akan menghadapi biaya pemulihan dan rekonstruksi yang signifikan," katanya.

Sementara itu pada Sabtu (5/3/2022) mengatakan IMF memperkirakan akan mengajukan permintaan Ukraina sebesar 1,4 miliar dolar AS (Rp 20,1 triliun), dalam pembiayaan darurat ke dewannya.

Diharapkan itu akan disetujui paling cepat minggu depan, dan sedang dalam pembicaraan tentang opsi pendanaan dengan pihak berwenang di negara tetangga Moldova.

Baca juga: Ditolak AS dan NATO, Kenapa Zona Larangan Terbang Kukuh Diperjuangkan Ukraina?

Ukraina juga memiliki 2,2 miliar dollar AS (Rp 31,6 triliun) yang tersedia hingga Juni di bawah pengaturan siaga yang ada, kata IMF pekan lalu.

Sementara itu, IMF memperingatkan Moldova dan negara-negara lain yang memiliki hubungan ekonomi dekat dengan Ukraina dan Rusia, berada pada "risiko khusus" dari kelangkaan dan gangguan pasokan.

Dikatakan staf IMF secara aktif mendiskusikan opsi pendanaan dengan Moldova, yang telah meminta penambahan dan pengulangan program pinjaman IMF 558 juta dollar AS (Rp 8 triliun) yang ada untuk membantu memenuhi biaya krisis saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com