Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Dikecam Setelah Gunakan Bom Tandan untuk Serang Ukraina dan Bunuh Warga Sipil

Kompas.com - 28/02/2022, 21:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com – Amnesty International meminta Rusia berhenti menggunakan bom tandan (cluster munitions) di Ukraina.

Bom tandan adalah jenis senjata yang didesain untuk menyelimuti kawasan dengan suatu kekuatan ledakan yang dihasilkan oleh ratusan bom-bom kecil.

Organisasi non-pemerintah yang fokus pada hak asasi manusia (HAM) itu mengatakan serangan fatal menggunakan senjata sembarangan di rumah sakit dan sekolah bisa merupakan kejahatan perang.

Baca juga: Rusia Akan Kesampingkan Sanksi Barat atas Invasi ke Ukraina

Amnesty International mengatakan bom tandan menghantam sebuah preschool di timur laut Ukraina pada Jumat (25/2/2022), yang digunakan untuk melindungi warga sipil, menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak.

Mereka mengatakan serangan di Kota Okhtyrka mungkin merupakan kejahatan perang, setelah gambar menunjukkan bom tandan menghantam setidaknya tujuh lokasi di atau dekat sekolah.

Amnesty mengatakan serangan itu tampaknya dilakukan oleh pasukan Rusia, yang beroperasi di dekatnya, dan yang memiliki catatan menggunakan bom tandan di daerah berpenduduk.

"Tidak ada pembenaran yang mungkin untuk menjatuhkan bom tandan di daerah berpenduduk, apalagi di dekat sekolah," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard dalam sebuah pernyataan, Minggu (27/2/2022), dikutip dari AFP.

Lebih dari 100 negara telah menandatangani Konvensi 2008 tentang Bom Tandan yang melarang produksi dan penggunaan senjata, tetapi tidak Rusia atau Ukraina.
Rudal yang membawa bom tandan akan meledak di udara dan mengirim lusinan atau ratusan bom kecil ke area yang luas.

Bom ini sering gagal meledak pada benturan, sehingga menjadi ranjau darat bagi siapa saja yang menemukannya.

Baca juga: Deretan Senjata Militer Rusia yang Dipakai Invasi ke Ukraina

Human Rights Watch (HRW) mengatakan pada Jumat, bahwa bom tandan Rusia telah menghantam sebuah rumah sakit di Vuhledar di Ukraina timur, menewaskan empat warga sipil dan melukai 10 orang, enam di antaranya petugas kesehatan.

"Serangan tak berperasaan ini telah membunuh dan melukai warga sipil, dan merusak sebuah rumah sakit," kata Direktur Senjata HRW Stephen Goose.

HRW mengingatkan, meluncurkan serangan tanpa pandang bulu yang membunuh atau melukai warga sipil merupakan kejahatan perang, dan rumah sakit serta sekolah diberikan perlindungan khusus lebih lanjut di bawah hukum internasional.

Situs web investigasi Bellingcat telah menyusun laporan penggunaan bom tandan di Ukraina dan mengatakan bahwa kota kedua Kharkiv tampaknya juga menjadi target beberapa serangan bom tandan.

"Gambar dan video yang diunggah online menunjukkan penggunaan senjata ini secara lebih luas di wilayah sipil," kata Bellingcat, mereproduksi rekaman dashcam dari seorang pengemudi yang mencoba menghindari hujan bom di Kharkiv.

Baca juga: PBB: Lebih dari 100 Warga Sipil Tewas dalam Perang Rusia-Ukraina

"Jalan raya ini melewati area pemukiman dan berada tepat di sebelah rumah sakit anak-anak," kata Bellingcat.

Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat dan Koalisi Bom Tandan (ICBL-CMC) sangat mengutuk penggunaannya dalam invasi Rusia ke Ukraina dan menyerukan segera diakhirinya penggunaan senjata tersebut .

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com