Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swedia Umumkan Pandemi Berakhir, Nilai Covid-19 Sudah Tak Terlalu Mengancam

Kompas.com - 10/02/2022, 07:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Swedia umumkan pandemi berakhir, dengan menghentikan pembatasan dan pengujian skala luas Covid-19, bahkan di antara orang-orang yang menunjukkan gejala infeksi.

Tenda keliling kota, pusat swab drive-in, dan tes yang dikirim ke rumah yang tadinya ada di mana-mana selama pandemi berakhir. Pemerintah swedia juga tidak lagi menyediakan data penting untuk melacak penyebaran Covid-19.

Pada Rabu (9/2/2022), Swedia juga membatalkan pada tengah malam batasannya tentang berapa banyak orang yang boleh berkumpul di acara atau di restoran, sertifikat vaksin tidak lagi diperlukan dan pengurangan jam operasional telah dibatalkan untuk bar dan restoran.

Baca juga: WHO: Sudah Ada 500.000 Kematian akibat Covid-19 Setelah Varian Omicron Ditemukan

Langkah ini membuat negara Skandinavia berselisih dengan sebagian besar Eropa.

Sementara beberapa ahli mengatakan itu bisa menjadi norma baru. Pasalnya, pengujian yang mahal menghasilkan lebih sedikit manfaat dengan kemunculan varian omicron yang mudah menular, tetapi lebih ringan.

Pemerintah pun mulai mempertimbangkan untuk memperlakukan Covid-19 seperti yang mereka lakukan pada penyakit endemik lainnya.

“Kami telah mencapai titik di mana biaya dan relevansi pengujian tidak lagi dapat dibenarkan,” kata Kepala Badan Kesehatan Masyarakat Swedia Karin Tegmark Wisell kepada siaran nasional SVT minggu ini.

“Jika kami melakukan pengujian ekstensif yang disesuaikan dengan semua orang yang memiliki Covid-19, itu berarti setengah miliar kronor per minggu (sekitar 55 juta dollar AS setara Rp 788 miliar) dan 2 miliar per bulan (220 juta dollar AS setara Rp 3,1 triliun),” tambah Tegmark Wisell dilansir AP.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Gautam Adani Jadi Orang Terkaya di Asia | Gejala Covid-19 yang Dialami Warga Singapura

Mulai Rabu (9/1/2022), hanya petugas kesehatan dan perawatan lansia dan yang paling rentan yang berhak mendapatkan tes PCR gratis jika menunjukkan gejala.

Sedangkan populasi lainnya hanya akan diminta untuk tinggal di rumah jika menunjukkan gejala yang bisa jadi Covid-19.

Tes antigen sudah tersedia untuk dibeli di supermarket dan apotek, tetapi hasilnya tidak dilaporkan ke otoritas kesehatan.

Penyedia layanan kesehatan swasta juga dapat melakukan tes dan menawarkan bukti Covid-19 untuk perjalanan internasional, tetapi biayanya tidak akan diganti oleh negara atau asuransi kesehatan.

Tingkat vaksinasi yang tinggi di Swedia menciptakan optimisme di kalangan pejabat kesehatan. Sebuah studi akhir 2020 yang dirilis Selasa (8/2/2022) menunjukkan antibodi ditemukan dalam 85 persen sampel.

Baca juga: Muncul 79 Kasus Covid-19, China Lockdown 3,5 Juta Orang di Kota Perbatasan Dekat Vietnam

Bharat Pankhania, dosen klinis senior di University of Exeter Medical School di Inggris, mengatakan bahwa dengan persentase besar orang yang divaksinasi, “populasi yang terinformasi, terdidik, dan berpengetahuan” dapat dipercaya untuk mengisolasi jika mereka menunjukkan gejala, tanpa perlu "pengujian grosir yang tidak akan menghasilkan uang."

“Swedia memimpin, dan negara-negara lain pasti akan mengikuti,” kata Pankhania. “Kami tidak memerlukan pengujian ekstensif demi pengujian, tetapi kami harus tetap menerapkan pengaturan sensitif seperti rumah sakit, panti jompo, dan tempat sensitif lainnya di mana ada orang yang sangat rentan.”

Pada 2021, wilayah Stockholm saja menghabiskan setara dengan lebih dari 320 juta dollar AS (Rp 4,5 triliun) untuk tes PCR, uang yang menurut pemerintah dapat dihabiskan dengan lebih baik di tempat lain.

Untuk sebagian besar pandemi, penanganan Covid-19 Swedia menonjol di antara negara-negara Eropa karena responnya yang relatif lepas tangan. Negara ini tidak pernah mengunci atau menutup bisnis, sebagian besar mengandalkan tanggung jawab individu untuk mengendalikan infeksi.

Sementara kematian akibat virus corona tinggi dibandingkan dengan negara-negara Nordik lainnya. Jumlah itu tetap lebih rendah daripada banyak tempat lain di Eropa yang menerapkan penguncian.

Baca juga: Media Asing Soroti Lonjakan Kasus Covid-19 Indonesia, Pertanyakan Efektivitas Vaksin Sinovac

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com