Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata-mata China yang Ditahan Singapura Dulunya Mahasiswa AS

Kompas.com - 15/06/2021, 22:12 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com - Kementerian Keamanan Dalam Negeri (ISD) Singapura resmi menahan salah seorang warga bernama Dickson Yeo, yang diduga jadi mata-mata China untuk mencuri informasi.

Yeo disebut sudah jadi bagian dari intelijen China sejak 2015 lalu. Yeo lantas diamankan Singapura pada 30 Desember 2020, setelah dideportasi dari AS.

Pemerintah AS jua sempat menahan Yeo selama 14 bulan di penjara dengan tuduhan jadi mata-mata China.

Baca juga: BIN Ungkap Satelit Mata-mata Asing Menempel di Banyak Peralatan Negara

"Hasil investigasi ISD menemukan bahwa Yeo bekerja untuk inteiljen sebuah negara asing,  menjalankan berbagai tugas yang diserahkan padanya lewat supervisor asingnya dengan imbalan keuntungan moneter," ujar ISD, dilansir Strait Times.

ISD juga menyatakan bahwa Yeo sepenuhnya sadar bahwa orang asing yang memberinya tugas, bekerja untuk intelijen negara asing.

Dia juga disebut sempat membuat sebuah perusahaan di Singapura untuk jadi kamuflase dari kegiatan intelijennya, disamping pernah mencoba merekrut orang seperti yang dilakukan supervisornya. 

Baca juga: Israel Serang 130 Sasaran Militer dan Bunuh 15 Mata-mata Militan di Gaza

Investigasi terhadap Yeo tetap berlangsung sejauh ini. Penahanan pun masih dilakukan untuk keperluan penyelidikan.

Awalnya, Yeo direkrut agen intelijen China saat melakukan perjalanan ke Beijing pada 2015 silam. Perekrut Yeo mengklaim dirinya bekerja untuk organisasi peneliti atau think tank.

Saat itu, Yeo adalah mahasiswa program doktor di Lee Kuan Yew School of Public Policy Universitas Nasional Singapura.

Dalam dokumen saat ditangkap otoritas AS, Yeo ditawari uang untuk analisis dan informasi di wilayah Asia Tenggara, sebelum diminta melakukan hal yang sama pada AS.

Baca juga: Jet Tempur Rusia Cegat Pesawat Mata-mata AS Saat Latihan Militer Besar-besaran di Pasifik

Untuk keperluan intelijen di AS, Yeo mencari kesempatan agar bisa diterima di Universitas George Washington, yang membuatnya tinggal di Washington selama Januari sampai Juli 2019.

Kiprah Yeo mengumpulkan informasi di AS lantas terbongkar saat ia ditangkap FBI saat mencoba kembali ke negaranya lewat New York pada November 2019.

Baca juga: Keluar dari Persembunyian, Mata-mata Inggris MI5 Bikin Akun Instagram dan Buka Lowongan Kerja

Tanggapi hal ini, Pemerintah China membantah pernah merekrut Yeo untuk menjadi mata-mata mereka. China justru menuduh bahwa itu adalah upaya AS untuk menekan dan memojokkan Negeri Tirai Bambu.

"Saya tidak mengetahui persis kejadian sebenarnya. Tapi yang ingin saya katakan adalah lembaga penegak hukum Amerika Serikat baru-baru ini terus menuduh China melakukan penyusupan dan memata-matai, dengan tujuan untuk menekan dan memojokkan China," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, Juli 2020 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com