Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Konspirasi Kian Marak, Ini 5 Cara Menghadapi Keluarga atau Teman yang Percaya

Kompas.com - 02/10/2020, 10:06 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com -  Apakah Anda masih ingat ketika kecil Anda diberitahu soal sosok pria tua berbaju merah yang mengendarai delapan rusa terbang dari kutub untuk mengantarkan hadiah?

Atau kelinci gaib yang menelurkan telur coklat di taman saat Hari Paskah di bulan April?

Juga kalau kita menyimpan gigi yang tanggal di bawah bantal, maka akan mendapatkan uang dan berjumpa dengan "peri gigi"?

Semua ini adalah kebohongan yang diceritakan saat kita masih kecil oleh orang yang paling kita percaya, yaitu orangtua sendiri.

Bayangkan orang terdekat pun rela membiarkan kita percaya pada beberapa kebohongan, lantas bagaimana dengan orang yang tak kita kenal?

Percaya teori konspirasi adalah hal yang bisa dimengerti.

Apakah kemudian Anda menyalahkan keraguan seseorang atas informasi yang mereka dapatkan dari dunia sekitar mereka?

Jika Anda kenal dengan seseorang yang percaya pada teori konspirasi, mungkin penting untuk mempertimbangkan latar belakang mereka.

Jadi, mengapa ada yang tertarik pada teori konspirasi? Dan bagaimana kita berkomunikasi dengan mereka yang sudah sangat percaya padanya?

Baca juga: Ledakan di Lebanon, Ini Daftar Hoaks dan Konspirasi yang Beredar di Media Sosial

Apa yang sebenarnya membuat orang tertarik pada teori konspirasi?

Menurut Dr Colin Klein, profesor rekan di Australian National University College of Arts and Social Sciences, teori konspirasi memberikan penjelasan naratif tentang mengapa suatu hal buruk terjadi.

Teori ini merupakan coping mechanism atau strategi pertahanan dalam menghadapi ketidakpastian.

Misalnya, beberapa ilmuwan telah beberapa kali membuktikan bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme. Tapi di sisi lain, mereka juga tidak yakin apa penyebab autisme sebenarnya.

Keinginan kita untuk mengetahui sebab-akibat tidak terpenuhi, sehingga kita mulai membuat teori, ujar Dr Colin.

Dr Micah Goldwater, dosen psikologi senior di University of Sydney, mengatakan ini sama saja seperti ketika kita mengarang cerita dalam benak sendiri ketika seseorang tidak membalas pesan kita.

Orang yang percaya pada teori konspirasi sering memiliki prasangka terhadap institusi seperti pemerintah dan perusahaan obat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com