Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerupuk Karak Bratan Mbah Sastro di Solo, Sejak Usai Kemerdekaan

Kompas.com - 07/11/2023, 15:00 WIB
Yuharrani Aisyah

Editor

SOLO, KOMPAS.com - Mempertahankan usaha kuliner tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti yang dialami usaha kerupuk karak di Kampung Bratan, Laweyan, Kota Solo.

Karak Bratan Mbah Sastro, begitu usaha rumahan ini dikenal. Berawal dari Sastro yang merintis pembuatan karak atau kerupuk dari beras usai kemerdekaan.

Usaha kerupuk karak ini bertahan sampai sekitar 1984-1985 karena saat itu Sastro meninggal dunia.

Hal itu disampaikan oleh generasi ketiga Karak Bratan Mbah Sastro, Rudi Harmawan, kepada Kompas.com pada Senin (14/8/2023).

Setelah ditinggal oleh Sastro, usaha karak pun diteruskan oleh anaknya atau bude dari Rudi. Bukan di Solo, usaha itu dipindah ke Surabaya tetapi tidak berjalan lancar.

Sampai akhirnya, Rudi meneruskan usaha karak kembali di Solo sejak 1996.

"Dulu 1990 sampai 1994 saya ini produksi batik tetapi tidak berhasil jadi akhirnya meneruskan bikin karak," terang Rudi.

Menurut Rudi, Karak Bratan Mbah Sastro berjalan dengan lancar mulai dari 1996 sampai 2002. Bahkan, ia sempat mengekspor karak sampai ke Singapura dan Malaysia.

"Waktu ekspor ini bisa menghabiskan 100 kilogram beras," ujar Rudi.

Namun, penjualan mulai menurun sejak 2006 sampai hari ini.

Walau penjualan menurun, tak menyurutkan semangat Rudi. Ia tetap membuat dan memasarkan karak di toko oleh-oleh di Solo seperti Orion dan Mesran dan di rumah produksinya.

Rudi pun dengan senang hati berbagi cerita tentang pembuatan kerupuk karak miliknya.

Baca juga:

Adonan karak mentah yang sudah diiris tipis di Karak Bratan Mbah Sastro Solo.KOMPAS.com/YUHARRANI AISYAH Adonan karak mentah yang sudah diiris tipis di Karak Bratan Mbah Sastro Solo.

Pembuatan kerupuk karak

Bahan baku kerupuk karak ialah beras, garam, MSG, dan bahan perenyah kerupuk.

Rudi menggunakan beras C4 karena menurutnya kualitasnya baik dan membuat hasil karak mengembang. Dalam sehari, Rudi menghabiskan sekitar 25 kilogram beras untuk membuat karak.

Dalam satu kali pembuatan karak, sebanyak 12,5 kilogram beras dicuci sampai bersih kemudian dikukus dua kali. Pengukusan pertama dilakukan sampai beras setengah matang selama lebih kurang 30 menit.

Selanjutnya, nasi setengah matang diaron sembari dicampur bahan lain. Setelah itu, dikukus kembali selama 30 hingga 40 menit sampai benar-benar tanak.

Nasi yang sudah pulen ditumbuk secara manual menggunakan wadah dan penumbuk kayu sampai konsistensinya lembut.

Nasi yang sudah dihaluskan kemudian dicetak sampai padat di dalam wadah kayu berbentuk persegi.

Adonan yang sudah padat dilumuri dengan sedikit minyak agar tidak lengket, lalu ditaruh di atas talenan kayu untuk diiris tipis.

Pegawai di sini lebih memilih mengiris adonan menggunakan pisau golok panjang daripada pisau biasa. Menurutnya, hal ini memudahkan mengiris adonan yang padat dan lengket.

Kerupuk karak sedang dijemur sampai kering agar bisa digoreng di rumah produksi Karak Bratan Mbah Sastro Solo.KOMPAS.com/YUHARRANI AISYAH Kerupuk karak sedang dijemur sampai kering agar bisa digoreng di rumah produksi Karak Bratan Mbah Sastro Solo.

Karak mentah yang sudah diiris tipis ditata di atas papan bambu untuk dijemur kemudian.

Apabila cuaca panas, karak bakal kering dalam waktu dua hingga empat jam. Namun, berbeda cerita ketika hujan.

Produksi karak kurang bagus ketika musim hujan karena penjemuran atau pengeringan karak mengandalkan panasnya matahari. Karak jadi tidak mengembang ketika digoreng.

"Saya pernah mencoba mengeringkan karak menggunakan oven tetapi hasilnya kurang maksimal. Waktu itu mencoba 4 kali," jelas Rudi.

Ia pun kembali mengandalkan cara manual.

Karak mentah yang sudah kering tidak langsung digoreng melainkan dipanaskan dulu menggunakan oven atau dijemur lagi. Tujuannya, biar karak mengembang saat digoreng.

Sementara, karak mentah yang sudah dijemur tidak selalu langsung digoreng, melainkan disimpan dulu. Menunggu giliran untuk digoreng.

Tibalah pada proses terakhir, menggoreng kerupuk karak sampai mengembang sempurna.

Rudi menyebutkan bahwa karak identik dengan karak matang. Rupanya, menggoreng karak bukan perkara mudah.

Tidak sekadar menggunakan banyak minyak yang panas. Kerupuk dari beras asli tanpa campuran bahan lain seperti ketan lebih susah mekar, begitu kata Rudi.

Ia pun menyarankan pelanggan untuk membeli karak matang. Namun, Rudi menyediakan pula karak mentah di rumah produksinya.

Harga kerupuk karak matang mulai dari Rp 23.000 per 1/4 kilogram, Rp 40.000 per 1/2 kilogram, Rp 80.000 per satu kilogram.

Sementara itu, harga 1/2 kilogram karak mentah Rp 30.000 dan Rp 60.000 per satu kilogram.

Kamu pun bisa menghubungi Rudi jika ingin mengetahui bagaimana produksi karak khas Kampung Bratan ini.

Rumah produksi Karak Bratan Mbah Sastro ini rupanya bukan satu-satunya. Bratan memang dikenal sebagai area produksi karak. Selain Mbah Sastro; ada Karak Bratan Mbah Harjo dan Karak Bratan Pak Ismu.

Baca juga:

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com