Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Giselle Usia 19 Tahun Lulus dari ITS, Dapat Beasiswa S2

Kompas.com - 20/04/2024, 15:27 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Giselle Hage saat ini merasakan bahagia dan bangga. Sebab ia bisa lulus kuliah saat berusia 19 tahun 9 bulan.

Giselle Hage resmi dikukuhkan sebagai wisudawan termuda pada gelaran Wisuda ke-129 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Meski masih muda tidak menghambat wisudawan dari Departemen Teknik Elektro ITS ini untuk bisa lebih dulu lulus dan akan diwisuda pada gelaran hari kedua, Minggu (21/4/2024) nanti.

Bahkan Giselle mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar 3,71 atau di atas rata-rata.

Memulai pendidikan di usia belia, Giselle menuturkan bahwa ia mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) sejak berusia 4 tahun di SD Dabasah 2 Bondowoso.

Hal ini tidak lepas dari kecakapannya dalam menguasai kemampuan membaca dan berhitung di usia dini.

“Waktu itu aturan terkait usia minimal belum terlalu ketat, jadi bisa didaftarkan sebagai siswa SD di usia belia,” ungkap Giselle, dilansir dari laman ITS.

Baca juga: Kisah Bilal, Dulu Tukang Cuci Kini Lulus Dapat IPK Tertinggi di UPNVJ

Alumnus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jember ini bercerita bahwa dalam setiap jenjang pendidikannya, ia selalu menjadi pelajar termuda di antara rekan-rekannya.

Kendati demikian, hal tersebut tidak menghalanginya untuk cepat beradaptasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Mahir di bidang fisika, Giselle gemar mengeksplorasi alat mikrokontroler sejak SMA. Hal itu juga yang mendasari keputusannya untuk mendaftar ke Departemen Teknik Elektro ITS.

Minatnya pada sistem kontrol tersebut dituangkan dalam tugas akhirnya yang berjudul Kontrol Pembagian Tugas Multiagen Menuju Multitarget dengan Penghindaran Halangan menggunakan Artificial Potential Field.

"Pada dasarnya, penelitian ini mengatur bagaimana sistem mengambil keputusan secara otomatis berdasarkan kondisi yang diberikan," jelas putri dari almarhum Iwan Sugiharto dan Tryphena Hage tersebut.

Ia mengungkapkan multiagen yang dikembangkannya berupa tujuh buah drone yang masing-masing memiliki empat baling-baling atau disebut quadcopter.

Baca juga: Kisah Putri, Anak Peracik Jamu yang Lolos Kuliah di PENS Lewat SNBP

Dengan memperhitungkan faktor jarak dan kecepatan, setiap drone tersebut akan mempertimbangkan cara untuk mencapai target berdasarkan medan artifisial.

Penelitian ini memanfaatkan daya tolak dan daya tarik yang diberikan pada agen, target dan halangan yang ada.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com