Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Bahasa Daerah Terancam Punah, Revitalisasi Terus Digiatkan

Kompas.com - 06/03/2024, 11:41 WIB
Erwin Hutapea

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Sebanyak 25 bahasa daerah di Indonesia berstatus terancam punah, bahkan 11 bahasa daerah dinyatakan telah punah.

Jumlah itu tercatat dalam Statistik Kebahasaan dan Kesastraan 2021 yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek.

Sikap abai masyarakat penuturnya menjadi salah satu penyebab kepunahan bahasa daerah itu.

Kekhawatiran terhadap kondisi bahasa daerah yang makin memprihatinkan itulah yang mendorong Badan Bahasa menggiatkan pelaksanaan salah satu program prioritasnya, yaitu revitalisasi bahasa daerah.

Revitalisasi atau pelestarian merupakan usaha untuk meningkatkan daya hidup (vitalitas) suatu bahasa daerah. Peningkatan itu berupa pengembangan dan pelindungan bahasa, serta pembinaan penutur bahasa.

Hal itu menjadi salah satu pembahasan dalam Rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa Daerah pada tanggal 4-6 Maret 2024 di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau.

“Kami melakukan revitalisasi bahasa daerah di empat kabupaten/kota di Riau. Ini upaya kepedulian pemerintah pusat dan daerah terhadap isu kepunahan bahasa daerah,” ujar Sekretaris Badan Bahasa Hafidz Muksin dalam keterangan resminya, Selasa (5/3/2024).

Empat kabupaten/kota di Provinsi Riau yang terlibat dalam program revitalisasi bahasa daerah yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri Hulu, dan Kota Dumai.

Hasil dari revitalisasi tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif anak-anak muda, khususnya pelajar tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), untuk bisa mencintai, menguasai, dan bangga terhadap bahasa daerahnya.

Untuk mencapai sasaran itu, Badan Bahasa mengupayakan dengan berbagai pendekatan. Salah satunya yaitu penyelenggaraan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang diadakan setiap tahun dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional.

“Kami melakukan pendekatan dan pembelajaran dengan media yang menyenangkan melalui berbagai jenis lomba yang diminati anak-anak sesuai kemauan dan kesukaan masing-masing. Setelah mereka suka, nanti kami buatkan ruang apresiasi melalui FTBI,” jelas Hafidz.

Adapun Rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa Daerah ini diikuti oleh berbagai elemen masyarakat yang merupakan perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Lembaga Adat Melayu, praktisi, guru SD dan SMP, akademisi, serta duta bahasa.

Mereka mewakili daerahnya masing-masing, yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri Hulu, dan Kota Dumai, serta Provinsi Riau.

Baca juga: Soal Pelestarian Bahasa Daerah, Kolaborasi dan Kesinambungan Jadi Hal Penting

Sementara itu, Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Riau Arden Simeru menyatakan, pihaknya mendukung kegiatan revitalisasi bahasa daerah sebagai upaya agar bahasa daerah tidak punah.

“Kami punya kepentingan supaya bahasa Melayu yang dominan di provinsi ini tetap lestari sebagai bahasa ibu dari anak-anak kita. Jadi, kami mendukung revitalisasi ini agar jangan sampai bahasa daerah itu punah,” ucap Arden Simeru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com