Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Popo Mangun, Lulusan "Broadcasting" yang Alih Profesi Jadi Seniman Art Deco

Kompas.com - 03/03/2024, 16:36 WIB
Sania Mashabi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Popo Mangun adalah seorang seniman yang menekuni aliran art deco atau seni yang terciri dari bentuk-bentuk geometris atau yang bergaya ramping.

Namun, siapa sangka bahwa sebelum menjadi seniman art deco, Popo adalah seorang mantan wartawan yang sudah bekerja selama kurang lebih tujuh tahun.

Popo bercerita bahwa dia adalah lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi jurusan jurnalistik di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.

Baca juga: LPDP-BRIN Buka Beasiswa S2-S3 Bidang Nuklir, Simak Cara Daftarnya

Meski kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi, Popo mengaku sudah lama memiliki hobi menggambar dan sering ikut komunitas kesenian dari banyak kampus.

"Sebenarnya memang basic-nya saya bukan dari kesenian. Disiplin ilmunya memang dari broadcasting. Saya pernah jadi seorang jurnalis juga," kata Popo saat diwawancarai Kompas.com beberapa waktu lalu.

Popo mengatakan, sebagai seorang jurnalis yang hobi menggambar, Popo merasa ingin berkomunikasi melalui bentuk lain yakni lewat seni yang ia buat.

Popo terus mengembangkan hobinya hingga ternyata ada beberapa orang yang mengapresiasi hasil karya Popo dan membuat mencoba berbisnis di bidang seni.

"Ternyata ada beberapa teman yang appreciated hingga akhirnya ada temen-temen dari manajemen yang membantu saya juga, jadi sudah akhirnya sedikit serius dan bertanggung jawab ke situ," ujarnya.

Baca juga: Beasiswa S2-S3 Gratis ke Australia, Ada Biaya Hidup Rp 375 Juta

Popo mengaku pernah tidak mendapatkan restu dari orang tua karena ingin menggeluti bisnis di bidang seni. Namun Popo terus berusaha meyakinkan orangtua bahwa ia bisa sukses.

Selain tidak direstui orangtua, Popo juga seringkali kesulitan dalam melakukan riset makna tentang karya seni yang ia buat.

"Justru malah sebenarnya malah risetnya yang sulit. Kalau saya bilang, untuk mengilustrasikan karena ini adalah decoratif," ungkapnya.

"Pola yang saya buat saya hybrid, jadi apa yang saya coba cerna itu akan memunculkan satu simbol yang sebenarnya orang ketika lihat akan jadi multi meanings," lanjut dia.

Kesulitan itu, tidak membuat Popo patah semangat, ia justru terus berusaha untuk melakukan riset untuk karya-karya yang dibuat.

Popo merasa sedikit terbantu dengan latar belakang sebagai jurnalis yang sudah terbiasa melakukan riset .

"Jadi memang tidak jauh ranah bekerjanya (jurnalis dan seniman) memang outputnya saja yang berbeda," jelas Popo.

Baca juga: UNESCO Buka Beasiswa S1-S3 ke China, Kuliah Gratis dan Uang Saku

Oleh karena itu, Popo menyarankan agar mahasiswa yang ingin mencoba pekerjaan lain di luar jurusan kuliahnya untuk terus berani mencoba.

Serta berani mencoba zona nyaman baru di luar hal yang biasa dilakukan selama kuliah atau bekerja.

"Tabrak terus aja. Dan lakukan terus sampai akhirnya temu yang nyaman. Dari pada keluar dari zona nyaman saat ini lebih baik cari zona nyaman yang lain. Itu yang saya lakukan sebenarnya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com