Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Santri di Kediri Meninggal Dianiaya, Dosen UM Surabaya Beri 4 Masukan Ini

Kompas.com - 28/02/2024, 19:19 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Seorang santri di Kediri meninggal diduga karena dianiaya oleh sesama santri yang juga seniornya di pondok pesantren.

Peristiwa ini terkuak setelah pihak keluarga ingin membuka kain kafan korban namun justru dihalang-halangi.

Setelah kain kafan korban dibuka, pihak keluarga mendapati tubuh korban dalam kondisi mengenaskan karena sejumlah luka di sekujur tubuh.

Kejadian ini tentu sangat disayangkan karena menambah daftar panjang kekerasan di lingkungan satuan pendidikan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.

Sebagai informasi, seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kediri, Jawa Timur berusia 14 tahun meninggal diduga akibat dianiaya seniornya.

Baca juga: Menteri Pendidikan Yordania Dukung Penguatan Pesantren di Indonesia

Dosen UM Surabaya tanggapi santri di Kediri yang meninggal

Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) pun memberikan tanggapan terkait peristiwa ini.

Menurut Pakar Anak UM Surabaya Holy Ichda Wahyuni, keberadaan pesantren secara historis memiliki peranan besar bagi dunia pendidikan di tanah air. Pesantren adalah pelopor pendidikan masyarakat bahkan sejak zaman kolonial.

Dia mengatakan, pada penanaman nilai religiusitas, etika dan moral, pesantren adalah majelis yang strategis untuk menjalankan peranan itu.

Namun, masyarakat terpukul dengan maraknya berita perundungan di lingkungan pesantren. Bahkan kerap berujung hilangnya nyawa seseorang karena penganiayaan.

Terkait peristiwa kekerasan yang terjadi di lingkungan pondok pesantren, Holy memberikan beberapa catatan agar kejadian serupa tak terulang lagi di masa  yang akan datang.

Baca juga: 2 Mahasiswa UB Meninggal Dunia, Orangtua dan Sahabat Wakili Wisuda

Kemenag harus lebih teliti lakukan pembinaan

Pertama, pihak pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) atau yang berwenang, seharusnya lebih teliti dalam hal melakukan pembinaan pesantren beserta perijinannya.

"Termasuk pengaturan sistem pendidikan yang lebih ajeg. Sebab baru-baru ini ketika riset di lingkungan pesantren Jawa Timur, masih terdapat keluhan pengurus yang ingin mendapatkan keajegan sistem tata laksana untuk pondok pesantren," terang Holy seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Rabu (28/2/2024).

Kedua, perlunya mengubah habitus dalam ajang orientasi santri baru, dengan konsep acara yang lebih fun atau menyenangkan. Selain itu, tidak ada perpeloncoan yang berujung pada dominasi dan praktik kekerasan oleh relasi senioritas.

Ketiga, pondok pesantren penting sekali adanya ruang aduan santri, dengan pengoptimalan peranan guru konseling.

"Dan yang keempat, kecepatan dan kepekaan pihak pesantren dalam menyikapi persoalan santri," tegas dia.

Baca juga: Cerita Haru di Wisuda UGM, Orangtua Gantikan Anaknya yang Meninggal

Holy menekankan, yang paling penting adalah peradigma dan persepsi yang harus dibangun oleh semua sivitas pesantren. Bahwa tidak ada normalisasi bagi sebuah bullying berkedok gurauan.

"Bagi orangtua, sikap peka itu juga sangat penting. Apapun aduan dan keluhan permasalahan anak, seyogyanya dapat direspon dengan bijak, memberikan kepercayaan pada setiap cerita anak adalah hal yang sangat penting," pungkas Holy Dosen PGSD UM Surabaya tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com