Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alfian Bahri
Guru Bahasa Indonesia

Aktivis Pendidikan, Penulis Lintas Media, dan Konten Kreator Pendidikan

Tantangan Pendidikan Generasi Z: Upaya dan Proses Melampaui Zaman

Kompas.com - 26/11/2023, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENUJU penghujung tahun, ada peringatan yang dapat dikatakan besar—yang bisa dijadikan momentum penyegaran persoalan pendidikan.

Momen tersebut adalah Hari Guru Nasional yang jatuh pada (25/11). Pada momen tersebut, pendidikan dapat ruang khusus untuk melakukan selebrasi, refleksi, hingga evaluasi.

Di antara ruang khusus tersebut, melakukan refleksi dan evaluasi merupakan sebaik-baiknya proses untuk pendidikan itu sendiri.

Sederhananya, pada momen besar tersebut kita perlu meminimkan selebrasi dan memperkuat refleksi dan evaluasi. Terlebih lagi pendidikan merupakan garda terdepan dalam menyongsong harapan seratus tahun kemerdekaan Indonesia Emas 2045.

Pertanyaan mendasar dalam refleksi dan evaluasi pendidikan adalah, apakah sebagai guru, kita telah berupaya membekali siswa perihal persepsi tentang itu semua?

Seperti banyak pembahasan dan kajian, bonus demografi akan menjadi bumerang bila persiapan, pembekalan, dan pengayaan generasi muda kurang tepat guna dan sasaran.

Para pemuda hari ini dalam usia sekolah dasar dan tinggi dapat dikategorikan sebagai generasi Z (1997-2013).

Bila menggunakan perspektif kodrat zaman, Gen Z merupakan generasi yang dapat dikatakan melek teknologi. Mereka adalah generasi yang sejak lahir sudah dipapar dan ditemani oleh perkembangan teknologi informasi digital. Singkatnya, aktivitas mereka sudah berbaur dengan teknologi.

Terlebih lagi, perkembangan artificial intellegence merupakan wacana yang tidak bisa dihindari.

Bila hal tersebut dimasukkan dalam kajian, tentu persiapan, pembekalan, dan pengayaan terhadap Gen Z akan sangat kompleks dan menantang. Seberapa jauh peran guru hadir dalam ruang persiapan, pembekalan, dan pengayaan tersebut?

Mungkin dengan semangat pembaharuan, kita bisa mengatakan Merdeka Belajar adalah kunci. Seperti slogan Hari Guru Nasional 2023 Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar.

Kalau kita cermati lebih jauh, ide mendasar dari Merdeka Belajar adalah pembelajaran berfokus pada anak beserta kegembiraan sesuai kontekstualitas lingkungan.

Segala atribut pengajaran yang menekan mental peserta didik dihilangkan, mulai dari Ujian Nasional, tuntutan usia calistung, kemudahan akses digital, sampai pembelajaran berbasis kegembiraan, semua coba digulirkan.

Namun sayangnya, orientasi demikian belum terlalu cukup. Karena dunia hari ini telah masuk pada percepatan perubahan yang ekstrem. Lebih mudah disebut disrupsi berbasis kecepatan (baca dromologi).

Hal laten yang paling dicemaskan dalam hal ini adalah jangan sampai pelajaran hari ini tidak terlalu berguna bagi masa depan. Sekalipun pengajaran hari ini begitu meriah, bagus, dan populis, orientasi substansial, linieritas, dan kontinuitas tetap harus dikedepankan.

Selain itu, bila kita membicarakan persiapan, pembekalan, dan pengayaan, tentu perspektif pikiran harus mutlak tentang masa depan itu sendiri (futurisme). Pertanyaannya, bagaimana masa depan itu?

Melampaui zaman

Masa depan memanglah misteri, tapi tanda-tanda misteri tersebut dapat kita urai dan untai dengan memahami realitas hari ini. Seperti kata Einstein, bahwa Tuhan tidak bermain dadu.

Bekal untuk peserta didik tidak terlalu cukup hanya dijawab dengan praktik digitalisasi pendidikan. Penggunaan AI, aplikasi siap saji, digitalisasi administrasi, eksistensi citra, dan kegembiraan pelajaran, hanya akan menjadikan siswa menjadi tools man.

Pandangan pada tulisan ini tidak bermaksud menghalangi penggunaan dan keterlibatan alat-alat tersebut. Namun, pendidikan harus mampu membekali keterampilan, kecerdasan, dan keafektifan yang melampaui zaman. Bagaimanapun pendidikan adalah ruang pembekalan untuk masa depan.

Saya pribadi jadi ingat dulu saat duduk di bangku SMK jurusan otomotif. Saat pembelajaran, isi materi produktif adalah mesin bertipe karburator.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com