Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM Kasih Tips Anak Muda agar Bisa Jaga Bahasa Daerah

Kompas.com - 31/08/2023, 22:05 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak anak muda yang kini jarang menggunakan bahasa daerah.

Faktor ini bisa dikarenakan arus urbanisasi dan globalisasi membuat Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama negara banyak digunakan. Terutama saat berkomunikasi antar keluarga.

Ditambah lagi dengan masuknya Bahasa Inggris dan Arab sebagai bahasa pengantar di sebagian lembaga pendidikan, mulai membuat bahasa daerah mulai dilupakan.

Fenomena itu menarik perhatian Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Arif Budi Wurianto.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 5 Cara Cegah Anak Sakit saat Musim Kemarau

Dia mengatakan, pada dasarnya bahasa memiliki sifat dinamis, berkembang, dan berubah mengikuti perkembangan zaman.

Di Indonesia saat ini, bahasa daerah memang tidak banyak diajarkan oleh para orangtua.

Rata-rata memilih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari dalam berinteraksi.

"Anak muda sekarang justru mengetahui bahasa daerah dari pergaulan mereka. Seperti contohnya anak-anak Kalimantan yang merantau ke Pulau Jawa. Ketika mereka kembali ke Kalimantan, mereka akhirnya memahami bahasa Jawa dari pergaulan yang didapatkan dari Jawa," ungkap dia dikutip dari laman UMM.

Hal ini sangat disayangkan Arief, mengingat bahasa daerah memiliki potensi. Misalnya saja bahasa Bali yang memiliki identitas kuat sehingga masyarakat di sana terus menerus menggunakannya sehari-hari.

Baca juga: Wafat karena Sakit, Ibu Ini Gantikan Posisi Anaknya Saat Wisuda di UMM

Meksi begitu, bahasa Indonesia masih tetap dijaga dan digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa.

Cara menjaga bahasa daerah

Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh agar bahasa tidak punah.

Di antaranya dengan menggunakannya serta melestarikannya melalui komunitas lokal tertentu. Adapun pelestarian terdiri dari dua hal, yakni melestarikan bahasa daerah dan bahasa bangsa Indonesia.

"Kalau kita lihat sekarang, bahasa Jawa sudah digunakan sebagai bahasa kedua di tengah masyarakat. Misalnya sebagai nama jalan, nama toko, maupun tulisan tulisan lainnya. Bahkan ada yang diiringi dengan tulisan aksara jawa di bawahnya. Ini bagus agar masyarakat tidak asing dengan bahasa tersebut. Secara tidak langsung, minat masyarakat turut naik," ucap dia.

Langkah lainnya, yakni dengan memasukan bahasa daerah menjadi kurikulum pembelajaran dan membangun kebijakan politik yang menyeluruh untuk lebih mengarah ke pelestarian bahasa daerah.

Baca juga: Dosen UMM: Ini Alasan Gaji Fresh Graduate Cepat Habis

Misalnya saja dengan menggunakan bahasa daerah di setiap bandara atau tempat tempat yang berpotensi didatangi banyak wisatawan asing dan lokal.

"Pola pengajaran orang tua tentang bahasa daerah juga harus di bangun sejak anak masih kecil. Anak-anak diajarkan bahasa daerah terlebih dahulu lalu diiringi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar," tambah dia.

Arief melanjutkan, secara konsitusi, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi bahasa daerah agar tidak punah, karena secara hakikat bahasa daerah merupakan kekayaan bangsa Indonesia.

Perlu juga ada pergerakan politik yang membangun eksistensi secara keseluruhan pada bahasa daerah.

"Yang tak kalah penting, masing-masing sekolah di daerah juga perlu membuat kebijakan dimana dalam kurikulum pembelajarannya terdapat bahasa daerah. Dengan demikian secara tidak langsung anak-anak mendapatkan asupan bahasa daerah mereka masing-masing mulai dari kecil. Hal ini dapat membantu meningkatkan eksistensi bahasa daerah," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com