Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minat Baca Masyarakat Indonesia Hanya 0,001 Persen, Dosen Unesa Beri Solusi

Kompas.com - 11/08/2023, 13:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Minat membaca buku di Indonesia dinilai masih sangat rendah. Data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) mendapati, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya di angka 0,001 persen.

Dengan kata lain, dari seribu orang Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca buku.

Prof. Mochamad Nursalim, dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyebut, angka tersebut bersifat general, tetapi minat baca yang rendah juga terjadi dikalangan mahasiswa. 

Baca juga: Rendah di PISA 2018, Nadiem Makarim Siapkan 5 Strategi Ini

Padahal, kata Nursalim, buku masih sangat relevan dan menjadi sumber belajar yang utama. Isi muatannya lebih terpercaya dibanding beberapa sumber lain karena melewati beberapa tahap seleksi, validasi, editing, juga menyajikan data dan informasi secara dalam dan komprehensif.

Manfaatkan beragam sumber baca dan pengetahuan

Untuk meningkatkan minat baca, Nursalim mengatakan, perlu kesadaran bahwa kini ada banyak sekali sumber bacaan dan pengetahuan.

Buku tidak lagi hanya berupa buku cetak, tetapi juga buku elektronik atau e-book maupun jurnal-jurnal atau hasil riset yang tersedia di berbagai platform terpercaya.

"Akses bacaan atau sumber belajar sekarang sangat melimpah, tinggal kita yang manfaatkannya atau tidak," kata dia dilansir dari laman Unesa.

Ia menyarankan pelajar dan mahasiswa untuk memanfaatkan banyak sumber belajar. Ilmu yang didapat dari guru atau dosen di kelas juga perlu diperluas dengan mendengarkan penjelasan dari para ahli lain, bisa dengan ikut kelas tambahan, pelatihan atau para ahli di dunia maya.

"Paling penting juga menelusuri, menggali dan mendalami sendiri dengan membaca referensi utama atau "buku babon" tiap disiplin keilmuan sebagai penguatan dan pendalaman," sarannya.

Baca juga: Cerita Sekolah Adat di Kalimantan, Lahirkan Ahli Waris Budaya, Merangkul Masa Depan

Meski tidak ada buku, Nursalim menyebut internet atau media sosial tertentu bisa menjadi sumber belajar. Banyak sekali podcast, diskusi, seminar atau kuliah umum yang bisa disaksikan di YouTube.

Namun, ketika berkaitan dengan kompetensi dan keilmuan, menurut Nursalim mengandalkan belajar lewat Youtube saja tidak cukup.

"Karena semua orang bisa membuat konten, menulis atau berpendapat dengan bebas maka pembaca juga harus pandai memilah dan memilih sumber belajar. Termasuk memilih platform belajar yang tepat dan terpercaya untuk meningkatkan kapasitas keilmuan dan kompetensi," ujarnya.

“Apalagi video podcast cenderung pendek dan hanya inti-intinya saja. Kita tahu pendapat orang, tapi kita tidak mengerti apa alasan atau premis orang di balik pendapat atau kesimpulannya itu. Intinya informasi dan pengetahuan tidak boleh ditelan mentah-mentah, tetapi perlu dipilah dan diverifikasi," imbuh dia.

Dia menyarankan agar mahasiswa atau masyarakat tidak asal belajar, tetapi perlu mengidentifikasi dulu gaya belajarnya masing-masing.

"Apakah termasuk orang dengan gaya belajar visual, auditori atau kinestetik. Dengan begitu bisa menentukan media belajar yang diambil," sarannya.

Baca juga: Beasiswa S2 Jepang 2023: Kuliah Gratis, Uang Saku Rp 16 Juta Per Bulan

Jika merasa mudah bosan atau kesulitan untuk belajar sendiri, belajar dengan diskusi kelompok dinilai Nursalim dapat menjadi solusi.

Begitu juga sebaliknya jika merasa lebih nyaman dengan suasana yang tenang maka belajar secara mandiri akan lebih efektif.

“Pemilihan waktu juga dapat mempengaruhi efektifitas belajar seseorang. Pengulangan pembelajaran harus sering dilakukan sehingga materi yang dipelajari dapat dipahami secara lebih mendalam. Bahkan jika memang dibutuhkan praktek atau uji coba langsung,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com