Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unair Ingatkan Masyarakat Tak Percaya Robot Trading

Kompas.com - 25/07/2023, 19:30 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Bareskrim Polri sedang menyelidiki kasus investasi bodong robot trading Net89 yang terjadi beberapa waktu lalu.

Penggunaannya di Indonesia telah meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Robot trading ini biasanya dipromosikan melalui iklan di media sosial, televisi, dan platform lain untuk forex trading.

Baca juga: Rekrutmen CPNS Dibuka September 2023, Cek 10 Jurusan Banyak Dicari

Dalam menghadapi tren penggunaan robot trading ini, Dosen Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, Fakultas Teknologi Maju Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (Unair) Yutika Amelia Effend mengingatkan agar masyarakat tidak sepenuhnya percaya pada kemampuan robot trading.

"Meskipun, robot tersebut memiliki algoritma kecerdasan buatan, tetap perlu kontrol manusia dalam menentukan algoritma," kata dia dikutip dari laman Unair, Selasa (25/7/2023).

Yutika menjelaskan, robot trading berfungsi sebagai software komputer yang bekerja otomatis untuk memantau pasar, menganalisis peluang entry, mengeksekusi transaksi, dan mengelola risiko.

Robot ini juga, sebut dia, dikenal sebagai expert advisor (EA) karena kemampuannya yang dianggap canggih berkat kehadiran elemen kecerdasan buatan.

Seperti halnya software pada umumnya, robot trading juga memerlukan proses operasi dan pemeliharaan.

Tahap ini termasuk dalam Software Development Life Cycle (SDLC) dan meliputi perbaikan kesalahan atau error, peningkatan implementasi unit sistem, serta pengembangan fitur baru yang dibutuhkan. Termasuk, perbaikan algoritma.

"Penggunaannya bisa memberikan sinyal buy atau sell, memberikan pilihan opsi bagi investor atau trader untuk mengeksekusi order, melakukan cut loss, atau take profit," ungkap dia.

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa peran manusia dalam mengontrol algoritma dan proses trading tetaplah krusial.

Oleh karena itu, investor dan trader perlu lebih berhati-hati dalam memahami dan menggunakan teknologi ini secara tepat dan bertanggung jawab.

Dia mengaku pentingnya mengkaji pendekatan etika dalam penggunaan robot trading. Etika ini melibatkan pertimbangan moralitas bagaimana manusia merancang, membangun, menggunakan, dan memperlakukan robot.

Selain itu, perlu mempertimbangkan peran mesin dalam mengenai otonomi individu dan dampaknya pada keadilan sosial.

Dia menambahkan, dalam mengembangkan software, para developer harus memikirkan prinsip-prinsip etika AI. Yaitu, meliputi transparansi, keadilan, privasi, akuntabilitas, dan keberagaman.

Baca juga: Dosen UMM: Ini 10 Cara Mencegah Stroke

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com