Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM: Ini Alasan Mantan Teroris Balik ke Kelompok Radikal

Kompas.com - 22/07/2023, 20:59 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Gonda Yumitra mengaku, tak mudah bagi para mantan teroris untuk kembali ke masyarakat. Ada beberapa tantangan yang kerap jadi kendala.

"Dari sisi sosial, sebagian masyarakat masih memiliki rasa curiga terhadap para mantan teroris. Bahkan beberapa mantan teroris memilih untuk pindah dan tidak pulang ke kampung halaman," ujar Gonda dilansir dari laman UMM, Sabtu (22/7/2023).

Menurut Gonda, sikap masyarakat memasang jarak dengan mantan teroris ini membuka peluang bagi mereka untuk kembali ke kelompok radikalnya.

Baca juga: Lulus Masuk Universitas Brawijaya, Rafi Penuhi Janji Jalan Kaki 10 Km

Apalagi sebagian dari mantan teroris ini awalnya terlibat dengan kelompok radikalisme akibat pergaulan.

"Kedua, dari sisi ekonomi. Rata-rata para mantan teroris ini mengalami masalah secara ekonomi. Faktornya macam-macam, termasuk karena pendidikan yang kurang," ujar dia.

Gonda memang tengah meneiti terkait model comprehesive collaboration deradikalisasi mantan teroris di Jawa Timur. Utamanya melalui pendekatan sosial ekonomi.

Gonda pernah mendengar dari salah satu mantan teroris bahwa ia hanya sempat menempuh sekolah beberapa tahun sebelum masuk penjara.

Lalu ketika keluar dari penjara, mereka menyadari bahwasannya terbatas secara ekonomi dan skill. Padahal kehidupan mereka harus tetap berjalan.

"Hal itu membuka peluang jaringan teroris aktif untuknya mengajaknya kembali dengan iming-iming bantuan ekonomi," ucap dia.

Di Malang, sebut dia, jejaring teroris cukup kuat. Bahkan, Malang menjadi lokasi yang sangat strategis.

Alasannya, Malang dikenal sebagi kota Pendidikan dan para teroris ingin berburu kader.

Kedua, Malang dikenal sebagai kota wisata. Kondisi ini memungkinkan para teroris leluasa untuk bergerak dan berkoordinasi karena kontrol sosial masyarakatnya lebih rendah.

"Misalnya mereka ingin menyewa villa untuk berkoordinasi pun orang akan mengira bahwa mereka hanya ingin berwisata," ungkap dia.

Baca juga: Kisah Indah, Anak Buruh Diterima di UGM dengan Beasiswa 100 Persen

Gonda yang sudah 11 tahun mengkaji terorisme itu menegaskan, dalam program deradikalisasi atau penetralan pemikiran-pemikian bagi individu yang sudah terpapar radikalisme, dibutuhkan kerjasama semua elemen.

Bukan hanya pemerintah dan masyarakat, pendekatan sosial dan ekonomi pun harus diterapkan.

"Mantan teroris ini jangan dilepas. Sebab, mereka paham ideologi teroris dan mengetahui jejaringnya. Secara sosial, harus ada perubahan model dalam memperlakukan mereka, termasuk secara ekonomi. Orang kalau sudah bermasalah dengan ekonomi, maka lainnya jadi ikut bermasalah. Karena sebagain orang yang membunuh, merampok, dan lainnya itu disebabkan oleh faktor ekonomi," jelas dia.

Urusan teroris tidak sesederhana yang dikira. Banyak masyarakat menganggap mereka sebagai orang yang kasar, suka membunuh, dan menghalalkan segala cara dikehidupan nyata. Namun faktanya tidak seperti itu.

Mereka melalui proses yang panjang untuk menjadi teroris. Banyak faktor, seperti keluarga, pendidikan, ekonomi, pergaulan, dan faktor lain yang mendasari.

Baca juga: Dosen UMM: Ini 10 Cara Mencegah Stroke

"Saya kerap mengundang mantan teroris ke kelas untuk berbagai cerita. Tujuannya agar mahasiswa bisa lebih antisipasi, bahwa ternyata mereka yang menjadi teroris itu awalnya bukan karena kemauan sendiri," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com