Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unpad: Pemerintah Perlu Lakukan Ini untuk Kurangi Angka Perokok

Kompas.com - 16/07/2023, 22:15 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Prevalensi merokok di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini perlu mendapat perhatian dari seluruh pemangku kepentingan.

Akademisi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Amaliya mengatakan, pemerintah perlu mengupayakan program pencegahan merokok berbasis profil risiko untuk mengurangi angka perokok.

Baca juga: 30 Kampus Swasta dengan Status Akreditasi Unggul dari BAN-PT

Sebab, menurut Global Adult Tobacco Survey 2021, sebanyak 63,4 persen perokok berencana untuk berhenti merokok.

Angka tersebut dapat menjadi peluang bagi pemerintah dalam upaya menurunkan prevalensi perokok di Indonesia.

"Angka perokok di Indonesia mencapai 65 juta jiwa. Perlu ada langkah pengurangan bahaya yang dapat menurunkan prevalensi perokok," ucap dia dalam keterangannya, Minggu (16/7/2023).

Beralih dari kebiasaan merokok memang tidak mudah, tetapi upaya pengurangan bahaya tembakau dapat menjadi program pelengkap pemerintah dalam menekan angka perokok.

Menurut Dr. Amaliya, pemanfaatan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, dapat membantu pemerintah dalam mengurangi prevalensi perokok.

Alasannya, berdasarkan kajian ilmiah, produk-produk tesebut memiliki risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.

Tingginya angka perokok mendorong Dr. Amaliya beserta rekan sejawatnya di Unpad melakukan kajian klinis bertajuk "Nikotin dan Respon Gusi pada Pengguna Vape vs Perokok saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Eksperimental)".

Baca juga: Kemendikbud: Sudah Ada 803 PTS yang Digabungkan Sejak 2015

Penelitian tersebut untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif, khususnya rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan, memiliki dampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada para pengguna dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan pengguna produk tembakau alternatif yang telah berhenti merokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok.

"Kami menyimpulkan bukan nikotin yang mempersempit pembuluh darah, melainkan TAR," jelas Dr. Amaliya.

Saat ini, negara lain seperti Swedia juga telah memanfaatkan upaya pengurangan bahaya tembakau dan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk mengurangi angka prevalensi perokok. Hal ini dapat dikaji lebih lanjut oleh Pemerintah Indonesia.

Berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif, persentase perokok di Swedia turun dari 15 persen menjadi 5,6 persen dalam 15 tahun terakhir.

Baca juga: 5 Jurusan yang Sedikit Peminat tapi Peluang Kerja Besar

Selain menurunkan angka perokok, pemanfaatan produk tembakau alternatif juga berdampak positif terhadap rendahnya persentase penyakit yang berkaitan dengan merokok dan insiden kanker sekitar 41 persen lebih kecil dibandingkan negara-negara di Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com