Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Arifin, Anak Korban Tsunami Aceh Gapai Kuliah Gratis

Kompas.com - 10/07/2023, 12:03 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Meraih pendidikan setinggi-tingginya tentu menjadi impian banyak orang. Begitu juga dengan Muhammad Arifin Ilham (18) yang memiliki tekat kuat bisa kuliah di perguruan tinggi.

Meski lahir dan tumbuh dari keluarga sederhana, tapi asa untuk meraih cita begitu menggelora, sekuat arus tsunami yang sempat memporak-porandakan kampung halamannya pada 2004 silam.

Kini impian Arifin kian nyata. Cita-citanya menjadi seorang diplomat selangkah lebih dekat. Dia berhasil diterima masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP) 2023 di Prodi Ilmu Hubungan Internasional Fisipol.

Baca juga: Teliti Manfaat Jahe, Shirly Raih Gelar S3 di UI dengan IPK 3,99

Diterima kuliah di UGM menjadi sebuah kebanggaan tersendiri baginya. Selain tanpa tes, dia pun menjadi penerima UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen (UKT 0) dari UGM sehingga dibebaskan dari biaya kuliah hingga 8 semester.

Tak hanya itu, dia juga menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.

Arifin merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40) asal Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar.

Ayah dari Arifin menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga, setiap harinya hanya menjalankan usaha toko kelontong.

Dari usahanya itu, pendapatan yang dihasilkan setiap bulannya rata-rata Rp 1 juta - Rp 1,5 juta untuk menghidupi keluarga besarnya.

Sejak kecil, Arifin tumbuh dalam lingkungan sederhana. Bahkan, di awal kehidupannya dijalani di barak pengungsian.

Arifin lahir tiga bulan setelah tsunami meluluhlantahkan Banda Aceh, termasuk kampung halamannya.

Dari lahir hingga usia dua tahun, dia terpaksa tinggal di tenda barak pengungsian. Krena, rumah orangtuanya rata dengan tanah tak bersisa.

Dalam kondisi mengungsi, Arifin terlahir prematur di usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1,3 kilogram (kg).

Baca juga: Ini 9 Jurusan Kuliah yang Menjanjikan di Masa Depan

"Saat terjadi tsunami Desember 2004, ibu masih kondisi hamil saya usia kandungan lima bulan. Alhamdulillah, bapak ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit kala itu," ucap dia mengutip laman UGM, Senin (10/7/2023).

Dua tahun tsunami berlalu, dia dan keluarganya kembali ke kampung halaman menempati rumah bantuan tsunami dari pemerintah.

Sejak saat itu, ayahnya memulai kembali usaha toko kelontong warisan keluarga di Desa Keudebing yang berjarak sekitar 4 km dari rumahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com