Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Menteri Wardiman dan "Link and Match"

Kompas.com - 29/10/2022, 11:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANGGAL 28 Oktober 2022 petang, dalam memperingati hari Sumpah Pemuda, FDN (Forum Dialog Nusantara) dengan Ketua Dewan Penasehat Dr Ing Ilham Akbar Habibie, MBA, IPU meluncurkan buku “Kebangkitan Industri Dirgantara Mewujudkan Indonesia Emas 2045”.

Sebagai undangan saya hadir dan banyak bertemu dengan teman-teman kalangan penerbangan nasional. Acara berlangsung meriah, lancar, menarik, dan sangat menginspirasi.

Dari sekian banyak tamu yang hadir, saya berjumpa antara lain dengan sahabat dan guru saya Prof Dr Ida Bagus Rahmadi Supancana. Saya sendiri duduk bersebelahan dengan tuan rumah, Ilham Akbar Habibie.

Di meja sebelah, saya melihat tokoh senior yang cukup terkenal, tetapi saya lupa namanya. Saya tanyakan pada Ilham dan Ilham tidak hanya mengingatkan saya bahwa beliau itu adalah mantan Menteri Pendidikan Wardiman Djojonegoro, akan tetapi menambah informasi bahwa beliau itulah yang mempromosikan dunia pendidikan kita tentang metode link & match.

Baca juga: Kemendikbud Ristek: Konsep Link and Match Dongkrak Pendidikan Vokasi

Secepat kilat ingatan saya pulih dan saya segera menghampiri beliau untuk menyapa sekaligus mengobrol sejenak dengan Prof Dr Ing Wardiman.

Di tahun 1990-an cukup banyak media menuangkan pernyataan-pernyataan beliau tentang pendidikan yang harus berpedoman pada link & match. Saya ingat sekali, karena prinsip link & match dalam pendidikan akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencetak peserta didik saat menempuh kariernya nanti.

Beberapa contoh dari penerapan prinsip link & match adalah kurikulum pendidikan yang disusun dan didisain sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Dewasa ini kurikulum harus berwawasan iptek dan kompetensi dalam hal berorientasi kepada penguasaan keahlian dan sama sekali bukan bertujuan sekedar mencari ijazah atau tanda lulus semata.

Pak Wardiman bercerita tentang betapa beliau dan Rudy Habibie serta beberapa teman yang sempat menempuh pendidikan di Jerman sebagai negara maju sebenarnya sangat terinspirasi oleh banyak pidato kebangsaan Bung Karno di tahun 1950-an.

Masih menjadi tantangan

Kembali kepada pembicaraan tentang pendidikan yang berprinsip link & match ternyata sampai dengan saat ini masih tetap saja menjadi tantangan besar dunia pendidikan di Indonesia. Belum banyak lembaga pendidikan yang benar-benar menerapkan prinsip link & match.

Akan tetapi, di luar itu semua institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Angkatan Udara telah menerapkan prinsip link & match pada mekanisme dan kurikulum pendidikannya.

Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Universitas Nurtanio, dan Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto telah bekerja sama dengan berbagai lembaga lain dan stake holder penerbangan di Indonesia dalam menerapkan pendidikan yang berorientasi penuh pada prinsip link & match.

Baca juga: 5 Syarat Pendidikan Vokasi-Dunia Industri Harus Link and Match

Sudah cukup banyak lulusan dari lembaga pendidikan Angkatan Udara itu yang kini telah berkiprah di berbagai institusi penerbangan di Tanah Air dan di luar negeri dengan sukses.

Mereka adalah produk dari lembaga pendidikan yang menerapkan metode link & match. Sebuah metoda pendidikan yang dipromosikan dengan gencar oleh Menteri Wardiman di tahun 1990-an.

Terimakasih Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com