Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor ITS: Pendidikan Digital Harusnya Semakin Masif

Kompas.com - 12/06/2021, 12:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan dunia teknologi di Indonesia belum merata. Begitu pula pemanfaatannya di dunia pendidikan, sehingga pendidikan digital masih sebatas pelengkap di Indonesia.

Hal ini, dijelaskan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Mochamad Ashari. Ia mengatakan, teknologi itu sangat belum merata, diversity (keberagaman) dan bedanya jauh sekali.

"Jangankan komunikasi ya, listrik saja yang menjadi kebutuhan dasar itu masih banyak saudara-saudara kita yang belum mendapatkan," ujar Ashari dalam Bincang Perspektif Trakindo: Masa Depan Pendidikan Teknologi di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19.

Baca juga: Kampus Swasta Ini Terbaik Indonesia Versi THE Asian University Rankings 2021

Apalagi berbicara pemanfaatan teknologi untuk pendidikan, khususnya di jenjang dasar pada wilayah terpencil. Menurutnya pemanfaatan teknologi akan semakin sulit karena berbagai hambatan.

"Masih belum bisa kita di Indonesia menjadi keniscayaan (pemanfaatan teknologi)," ujarnya.

Infrastruktur yang belum merata membuat dunia pendidikan di Indonesia terasa tertinggal dengan yang lain. Jadi, cara konvensional seperti tatap muka masih akan sering digunakan dalam sistem pembelajaran dalam negeri.

"Sehingga di Indonesia karena infrastruktur masih belum merata, ya pendidikan digital itu akan menjadi substitusi, tetap yang konvensional masih akan tetap karena belum meratanya infrastruktur," ungkapnya.

Baca juga: ITS Peringkat Tiga Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia

Namun untuk wilayah kota, belajar dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang begitu cepat, sangat mungkin dilakukan.

"Di kota itu yang infrastrukturnya sudah cukup lengkap, itu suatu kebutuhan. Yang hidup di kota, begitu menggunakan HP dan baterainya habis, itu hilang gaya, tapi anak-anak kita yang di 3T itu, jangankan mikir masalah charger, masih belum punya bayangan," Kata Ashari.

Ia menyampaikan pemanfaatan teknologi pada sektor industri di masa depan adalah satu hal yang pasti. Geliat pemanfaatan teknologi di beberapa sektor industri juga sudah mulai tumbuh.

Dia mengatakan bahwa para pelaku industri akan masuk ke ranah digital apabila hal itu membawa dampak efisiensi operasional perusahaan. Pasalnya, hal ini juga akan mengurangi pengeluaran dari perusahaan.

"Pengusaha melihat kalau masuk secara ekonomi, kenapa tidak. Mau pasang robot yang pintar pun tidak ada masalah, asalkan ada infrastruktur, butuh 5G, listrik dan regulasi membolehkan," kata Ashari.

Baca juga: Beasiswa S2 di Kampus Terbaik Australia, Bebas Biaya Kuliah dan Hidup

Selain itu, Ashari membeberkan permasalahan dunia industri tak hanya dipecahkan lewat pemanfaatan teknologi. Namun bagaimana juga persoalan yang ada di dunia industri kerap terhadang regulasi.

Biasanya di Indonesia, kata dia, sistem sudah berjalan, namun regulasi masih belum dipersiapkan. "Teknologi jalan tapi regulasi belum siap dan yang penting adalah SDM, ada enggak yang mengoperasikan, tapi ini suatu keniscayaan yang akan masuk dan sudah masuk," ujarnya.

Saat ini saja, sudah terdapat perusahaan dengan model industri yang yang memanfaatkan teknologi secara masif. Misalnya Gojek, Tokopedia, Bukalapak hingga Shopee, Telkom, Garuda, Pertamina hingga Trakindo.

Baca juga: Belajar Dunia Teknik Melalui Why? Civil Engineering and Construction!

"Semua perusahaan ini, baik yang baru dan lama, itu semua bergeser ke ekonomi digital, artinya pertemuan antara pembeli dan penjual itu bergeser, bukan di pasar dan mal, tapi ada di e-commerce. Pembayaran sudah tidak pakai cash tapi e-payment, pengiriman juga sudah menggunakan e-logistic. Itu kira-kira kondisi industri di Indonesia," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com