Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Sampah Plastik, Sudah Berapa Banyak Plastik yang Kita Makan?

Kompas.com - 07/06/2021, 17:07 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Banyaknya sampah plastik yang mencemari lingkungan, membuat manusia berpotensi mengonsumsi sekitar satu kilogram plastik atau setara dengan satu buah helm proyek.

Hal tersebut dipaparkan alumnus Universitas Airlangga (Unair) yang kini menjadi Founder Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) Prigi Arisandi dalam Webinar "Fish Time" BEM FPK Unair, Sabtu lalu.

Ia mengatakan, sampah plastik yang tersebar di lingkungan juga ada yang memiliki partikel yang sangat kecil yang disebut dengan mikroplastik.

Karena mudah terdistribusi secara luas, lanjut dia, mikroplastik bisa hadir di berbagai elemen kehidupan manusia mulai makanan hingga minuman.

Baca juga: 5 Cara Usir Tikus di Rumah dari Pakar Tikus IPB

Mikroplastik dapat mengalami biomagnifikasi dalam siklus rantai makanan yang nantinya akan bermuara ke manusia sebagai puncaknya. Dirinya mengungkapkan, karena pencemaran limbah plastik, saat ini manusia mengonsumsi plastik rata-rata 0,7 gram per hari.

“Jika kita akumulasikan, dalam setahun kita mengonsumsi satu buah helm proyek atau setara 1 Kg plastik,” tandasnya.

Dijelaskan, mikroplastik adalah sampah plastik dengan ukuran lebih kecil dari 5 mm yang bisa bersumber dari limbah cair industri kosmetik atau pakaian sintetis serta fragmentasi sampah plastik yang ada di lingkungan akibat pelapukan dan biofouling.

Karena ukuranya yang kecil, mikroplastik memiliki resiko bahaya lebih tinggi dari makroplastik karena dapat terakumulasi dalam tubuh organisme.

Prigi mengungkapkan, karena plastik sulit terdegradasi, mereka akan terbawa arus dan akhirnya terkumpul di area di mana plastik tidak dapat terbawa ke tempat lain lagi.

Dalam prosesnya, lanjutnya, karena paparan arus dan panas matahari plastik akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

“Proses tersebut dinamakan fragmentasi, yang artinya pecah menjadi partikel yang lebih kecil, bukan hilang atau terurai layaknya limbah organik, sehingga jauh lebih berbahaya,” paparnya seperti dirangkum dari laman Unair, Senin (7/6/2021).

Menopause dini hingga kanker

Ia mengungkapkan dalam mikroplastik dapat terkandung tiga bahan berbahaya yakni Bisphenol A (BPA) yang berfungsi untuk mengeraskan plastik, Alkylphenols dalam produk kecantikan dan Phtalates untuk membuat plastik menjadi fleksibel.

Semua bahan tersebut beberapa memiliki sifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.

“BPA dapat mempengaruhi tingkat kesuburan dan disfungsi seksual pria serta kanker prostat, Alkylphenols dapat menyebabkan infertilitas pada pria dan kanker payudara, Phthalates dapat menurunkan hormon reproduksi, meningkatkan angka keguguran dan menopause dini,” ungkapnya.

Selain dari bahaya di atas, ia mengungkapkan bahwa ada beberapa partikel mikroplastik yang bersifat hidrofob seperti dalam produk sabun lulur. Saat terbuang ke lingkungan, partikel mikroplastik tersebut dapat mengabsorpsi bahan polutan lain seperti logam berat, antibiotik, PCB yang menimbulkan risiko jauh lebih berbahaya.

Baca juga: Telkom University Buka Beasiswa S1 Ikatan Dinas untuk Lulusan SMA/SMK

“Oleh karena itu, bijaklah dalam memilih dan menggunakan produk dengan kemasan plastik sehingga setidaknya jika kita tidak mengurangi sampah plastik, kita tidak menambahnya,”tuturnya.

Pada akhir, ia memberikan tips untuk mengurangi pencemaran plastik dari diri sendiri. Ia menghimbau untuk tidak menggunakan lima jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang yakni kemasan plastik, sedotan, sterofoam, kemasan sachet dan gelas minuman sekali pakai.

“Terutama botol minuman sekali pakai, sebagai mahasiswa jangan mau dibodohi, saat kalian membeli air kemasan sama saja kalian membeli plastik karena dari harga Rp 3000 air mineralnya tidak lebih dari Rp 300, jadi pakailah botol minuman sendiri,” sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com