Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Sekolah Tatap Muka Lebih Menguntungkan

Kompas.com - 24/03/2021, 21:13 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan semua sekolah sudah melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka mulai Juli 2021.

Dengan adanya Program Sekolah Tatap Muka yang tak lama lagi dijalankan, tentu ini memberi pekerjaan rumah bagi para pemangku kepentingan di daerah.

Pakar Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM), Agustinus Subarsono, mengatakan kebijakan tersebut perlu disambut dengan persiapan yang matang. Sebab, pembelajaran daring yang tanpa improvisasi membuat pelajaran seolah monoton dan siswa terjebak situasi yang membosankan.

"Ya karena hanya berada di depan monitor, orang itu kan makhluk sosial sehingga ada keinginan bertemu dengan teman, guru, bukan sekadar untuk sekolah tapi juga untuk berinteraksi," katanya dilansir dari laman resmi ugm.ac.id

Ia menilai dengan pembelajaran tatap muka justru lebih menguntungkan dibanding secara daring. Dari kajian yang pernah ia lakukan, persepsi siswa juga jauh lebih mudah menangkap pembelajaran dengan tatap muka.

Baca juga: Pakar UGM: 4 Persiapan Sebelum Vaksinasi Covid-19

"Apapun rumusnya tatap muka lebih menguntungkan, tapi karena darurat, daring ya dinilai sebagai solusi tepat daripada tidak sekolah sama sekali," katanya.

Harus dipersiapkan dengan baik

Terkait pembelajaran tatap muka di bulan Juli nanti, ia berharap sekolah bisa lebih persiapan dengan baik.

Pertama, yang perlu dilakukan sekolah adalah menata ruang sekolah terutama ruang kelas. Karena saat juli nanti, belum bisa dipastikan angka Covid-19 benar-benar turun.

Untuk itu, kapasitas siswa masuk kelas tidak boleh sama seperti di saat sebelum pandemi. Sebab dalam satu ruang nantinya hanya dapat diisi sepertiga atau separuh saja.

"Jika ternyata tidak dapat masuk bersamaan, cara bergantian bisa dipakai sebagai solusi. Itu pendapat saya, jika ruang kelas tidak memenuhi maka dalam seminggu ada 5 hari atau 6 hari pembelajaran, bisa saja masuk 3 hari dan 3 hari di rumah," ucapnya.

Disamping itu, durasi pembelajaran di kelas nantinya harus dibedakan dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Jika sebelum pandemi Covid-19 jam belajar 07.30–13.00 WIB maka untuk pembelajaran tatap muka bulan Juli 2021 nanti cukup sampai 11.30 WIB.

"Menyangkut durasi yang lamanya mungkin 45 menit atau 40 menit perlu diperpendek, agar siswa tidak terlalu lama di sekolah, sebab kepala sekolah dan guru-guru juga mengalami kesulitan dalam mengontrol interaksi di antara mereka di sekolah," terangnya.

Soal vaksin, menurut Subarsono jika itu bisa dilakukan jauh lebih baik karena soal vaksin ini pemerintah sudah mengagendakan dengan prioritas para tenaga kesehatan, lansia dan lain-lain.

Belum lagi, ini menyangkut ketersediaan vaksin yang ada meskipun pemerintah daerah hanya menerima distribusi dari pemerintah pusat sehingga perlu hitung-hitungan kembali apakah pemerintah pusat dapat mendistribusikan jumlah vaksin berdasarkan jumlah siswa untuk tiap-tiap kabupaten/kota.

"Soal vaksin wajib atau tidak sebelum pembelajaran tatap muka nanti, saya tidak tahu pasti pertimbangan medisnya, apakah kalau anak-anak harus segera divaksin dan bagaimana probabilitas penularannya. Selama ini kan pemerintah sudah mengagendakan," urainya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com