KOMPAS.com - Pada 8 Mei 1980, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendeklarasikan berakhirnya wabah cacar atau smallpox. Penyakit ini telah menjadi ancaman selama ribuan tahun.
Dikutip dari laman WHO, cacar telah membunuh ratusan juta orang. Setidaknya satu dari tiga orang yang terinfeksi meninggal.
Gejala cacar ditandai demam tinggi, muntah-muntah dan sariawan, diikuti dengan lesi berisi cairan di seluruh tubuh.
Kematian terjadi secara tiba-tiba, seringkali dalam 2 minggu, dan mereka yang selamat dapat mengalami kerusakan permanen, seperti kebutaan dan kemandulan.
Beberapa tokoh dunia pernah terinfeksi penyakit ini, antara lain komposer Austria Wolfgang Amadeus Mozart dan Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln.
Wabah ini berakhir berkat upaya global selama 10 tahun yang dipelopori WHO dan melibatkan ribuan petugas kesehatan dalam memberikan vaksinasi.
Cacar diketahui sudah ada sejak 1350 SM dari kasus-kasus yang ditemukan dalam penelitian mumi Mesir.
Pada masa lalu, pengobatan cacar melibatkan praktik kuno yang disebut "variolasi" dan digunakan secara luas di Asia serta beberapa bagian Afrika. Praktik ini terdiri dari pemindahan sejumlah kecil material dari luka cacar kepada orang sehat.
Cara itu menghasilkan bentuk penyakit yang lebih ringan dan angka kematian yang jauh lebih rendah daripada infeksi alami. Beberapa sumber menyatakan, variolasi telah berlangsung sejak 200 SM.
Catatan tertulis dari pertengahan tahun 1500-an menggambarkan bentuk variolasi yang digunakan di China yang dikenal sebagai insuflasi.
Keropeng cacar dikeringkan, digiling, dan ditiupkan ke dalam lubang hidung dengan menggunakan pipa.
Di India, praktik serupa dilakukan melalui inokulasi, menggunakan lanset atau jarum untuk memindahkan bahan dari bintil cacar ke kulit anak-anak yang sehat.
Catatan dari abad ke-18 menunjukkan bahwa teknik ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Variolasi (dalam bentuk inokulasi) diperkenalkan di Eropa oleh Lady Mary Wortley Montagu 300 tahun yang lalu pada 1721, setelah ia mengamati praktik ini di Kekaisaran Ottoman, tempat suaminya ditempatkan sebagai duta besar untuk Turki.
Pada saat yang sama, praktik ini menjadi perhatian publik di koloni-koloni Amerika. Orang-orang Afrika Barat yang diperbudak telah lama mempraktikkan teknik ini.