Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Kompas.com - 08/05/2024, 20:21 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pada 8 Mei 1980, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendeklarasikan berakhirnya wabah cacar atau smallpox. Penyakit ini telah menjadi ancaman selama ribuan tahun.

Dikutip dari laman WHO, cacar telah membunuh ratusan juta orang. Setidaknya satu dari tiga orang yang terinfeksi meninggal.

Gejala cacar ditandai demam tinggi, muntah-muntah dan sariawan, diikuti dengan lesi berisi cairan di seluruh tubuh.

Kematian terjadi secara tiba-tiba, seringkali dalam 2 minggu, dan mereka yang selamat dapat mengalami kerusakan permanen, seperti kebutaan dan kemandulan.

Beberapa tokoh dunia pernah terinfeksi penyakit ini, antara lain komposer Austria Wolfgang Amadeus Mozart dan Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln.

Wabah ini berakhir berkat upaya global selama 10 tahun yang dipelopori WHO dan melibatkan ribuan petugas kesehatan dalam memberikan vaksinasi.

Teknik kuno

Cacar diketahui sudah ada sejak 1350 SM dari kasus-kasus yang ditemukan dalam penelitian mumi Mesir.

Pada masa lalu, pengobatan cacar melibatkan praktik kuno yang disebut "variolasi" dan digunakan secara luas di Asia serta beberapa bagian Afrika. Praktik ini terdiri dari pemindahan sejumlah kecil material dari luka cacar kepada orang sehat.

Cara itu menghasilkan bentuk penyakit yang lebih ringan dan angka kematian yang jauh lebih rendah daripada infeksi alami. Beberapa sumber menyatakan, variolasi telah berlangsung sejak 200 SM.

Catatan tertulis dari pertengahan tahun 1500-an menggambarkan bentuk variolasi yang digunakan di China yang dikenal sebagai insuflasi.

Keropeng cacar dikeringkan, digiling, dan ditiupkan ke dalam lubang hidung dengan menggunakan pipa.

Di India, praktik serupa dilakukan melalui inokulasi, menggunakan lanset atau jarum untuk memindahkan bahan dari bintil cacar ke kulit anak-anak yang sehat.

Catatan dari abad ke-18 menunjukkan bahwa teknik ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Variolasi (dalam bentuk inokulasi) diperkenalkan di Eropa oleh Lady Mary Wortley Montagu 300 tahun yang lalu pada 1721, setelah ia mengamati praktik ini di Kekaisaran Ottoman, tempat suaminya ditempatkan sebagai duta besar untuk Turki.

Pada saat yang sama, praktik ini menjadi perhatian publik di koloni-koloni Amerika. Orang-orang Afrika Barat yang diperbudak telah lama mempraktikkan teknik ini.

Cotton Mather memublikasikan teknik ini pada 1716 setelah mendapatkan informasi tentang cara kerja dari budaknya, Onesimus.

Mather juga mendukung penggunaan teknik ini sebagai respons terhadap wabah cacar yang menyebar di Massachusetts pada 1721.

Penemuan vaksin

Vaksin cacar pertama didemonstrasikan pada Mei 1796 Vaksin itu menggunakan prinsip yang sama dengan variola, tetapi dengan sumber virus yang tidak terlalu berbahaya, yaitu cacar sapi.

Dr Edward Jenner mendengar kepercayaan dan praktik lokal di masyarakat pedesaan bahwa cacar sapi dapat melindungi dari cacar.

Setelah itu ia menyuntik James Phipps yang berusia 8 tahun dengan materi dari luka cacar sapi di tangan seorang pemerah susu.

Phipps bereaksi terhadap materi cacar sapi dan merasa tidak enak badan selama beberapa hari, namun akhirnya sembuh total.

Dua bulan kemudian, pada Juli 1796, Jenner mengambil materi dari luka cacar manusia dan menyuntik Phipps dengan materi tersebut untuk menguji ketahanannya.

Phipps tetap dalam keadaan sehat dan menjadi orang pertama yang divaksinasi cacar. Namun, tidak semua orang setuju dengan Jenner dan vaksinnya.

Rumor yang beredar pada saat itu mengatakan, vaksin tersebut akan mengubah manusia menjadi sapi.

Setelah melalui pengujian ekstensif, vaksin ini terbukti secara efektif melindungi dari cacar dan segera digunakan di benua lain pada 1801.

Vaksinasi cacar wajib mulai diberlakukan di Inggris dan beberapa bagian Amerika Serikat pada tahun 1840-an dan 1850-an, serta di belahan dunia lainnya.

Meski beberapa wilayah Eropa berhasil membasmi cacar pada 1900, cacar masih melanda benua dan wilayah di kolonial, dengan lebih dari 2 juta orang meninggal setiap tahunnya.

Penelitian vaksin dan studi dalam pengiriman vaksin dilakukan di seluruh dunia untuk mencari vaksin yang lebih tangguh dan efektif.

Pada tahun 1950-an, kemajuan dalam teknik produksi menghasilkan vaksin cacar yang stabil terhadap panas serta dapat disimpan tanpa pendingin.

Kemajuan vaksinasi mendorong eliminasi cacar di Eropa Barat, Amerika Utara, dan Jepang.

Pada 1967, WHO meluncurkan rencana intensif untuk memberantas cacar. Berkat upaya intensif, kasus cacar yang beredar secara endemik terakhir kali terjadi pada 1977.

Menyusul kesuksesan tersebut, WHO merekomendasikan agar vaksinasi cacar dihentikan di semua negara pada 1979, dengan pengecualian untuk kelompok-kelompok tertentu, seperti para peneliti yang bekerja dengan cacar dan virus-virus yang terkait.

Pemberantasan cacar secara global disertifikasi pada Desember 1979 dan disahkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada 1980.

Pencapaian itu menandai salah satu inisiatif kolaboratif kesehatan masyarakat yang paling sukses dalam sejarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Kesetiaan Marco Reus dan Perpisahannya dengan Dortmund...

Data dan Fakta
[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

[HOAKS] Penemuan Tengkorak Raksasa di Sri Lanka

Hoaks atau Fakta
Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Pakar HAM PBB Serukan Sanksi dan Embargo Senjata terhadap Israel

Data dan Fakta
Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Pembantaian Tulsa, Kekerasan Rasial Terburuk dalam Sejarah AS

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

[HOAKS] Hashim Akui Kemenangan Anies Baswedan di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Menyoal Gazawood dan Pallywood, Tudingan Manipulasi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

[KLARIFIKASI] Video Cristiano Ronaldo Dukung Anak-anak Palestina Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

INFOGRAFIK: Foto Keanu Reeves Lari Menenteng Kamera Bukan karena Mencuri dari Paparazi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Menyebar Ikan Lele ke Saluran Air Bisa Cegah DBD? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Menyebar Ikan Lele ke Saluran Air Bisa Cegah DBD? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Konteks Keliru soal Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[VIDEO] Konteks Keliru soal Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pemain Real Madrid Vinicius Junior Keturunan Indonesia

[HOAKS] Pemain Real Madrid Vinicius Junior Keturunan Indonesia

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seniman Suriah Bikin 'Patung Liberty' dari Reruntuhan Rumahnya

[HOAKS] Seniman Suriah Bikin "Patung Liberty" dari Reruntuhan Rumahnya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com