KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, mempertanyakan pertimbangan pemerintah berutang triliunan rupiah untuk membeli alat utama sistem senjata (alutsista), sedangkan negara tidak dalam kondisi perang.
Menurut Muhaimin, lebih baik utang digunakan untuk membeli alat pertanian.
"Kita enggak perang kenapa kebanyakan utang beli alat perang? Lebih baik utang untuk beli alat pertanian," kata Muhaimin saat bertemu petani di area sawah kawasan Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung, Jawa Barat, seperti diberitakan Kompas.com, 3 Januari 2024.
Sebelumnya, pemerintah menaikkan anggaran sektor pertahanan sekitar 5 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 77,3 triliun.
Dana kenaikan itu bersumber dari pinjaman luar negeri. Semula, anggaran pertahanan untuk periode 2020-2024 sebesar 20,75 miliar dollar AS.
Dengan perubahan ini, sektor pertahanan kini mendapat alokasi anggaran mencapai 25 miliar dollar AS atau sekitar Rp 386 triliun dengan kurs Rp 15.589.
Adapun kesepakatan penambahan anggaran pertahanan diambil saat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada 28 November 2023.
Menurut Dosen Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Rahadian Diffaul Baraq Suwartono, pembelian alutsista dan alat pertanian tidak bisa dibandingkan.
Ia mengatakan, frasa "lebih baik" terlalu subyektif karena alokasi belanja pertahanan dan pertanian merupakan kewenangan penyusun anggaran negara, yakni presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Penggunaan utang luar negeri untuk belanja negara, termasuk pembelian alutsista, juga sudah lama dilakukan Indonesia. Praktik ini lumrah di banyak negara.
Rahadian mengatakan, pernyataan "kita enggak perang" yang digunakan Muhaimin untuk menyerang kebijkakan pembelian alutsista sudah banyak mendapatkan kritik.
Salah satunya, karena diskursus studi keamanan mengenal adagium Si Vis Pacem Parabellum yang berarti "Jika menginginkan perdamaian harus siap dengan perang".
"Sehingga, pemutakhiran persenjataan itu niscaya dan harus dipersiapkan, meskipun tidak di masa perang," kata Rahadian.
Di sisi lain, kata Rahadian, pernyataan Muhaimin dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pernyataan Muhaimin terlalu politis mengingat lokasi di mana pernyataan itu disampaikan.
Kedua, bisa saja utang untuk membeli alat pertanian "lebih baik", karena keuntungan dari pertanian bisa menambah devisa negara untuk pelunasan utang. Sedangkan, dalam pembelian alutsista mustahil ada sirkulasi keuangan yang menghasilkan laba.