Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Irawan Soejono, Mahasiswa Indonesia yang Melawan Nazi di Belanda

Kompas.com - 10/05/2023, 22:29 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam Perang Dunia II, 10 Mei 1940, Adolf Hitler memerintahkan pasukan Nazi Jerman untuk menyerang Belanda.

Serangan yang dilancarkan Nazi membuat Belanda tidak berdaya. Beberapa wilayah diserang. Kota Rotterdam menjadi lautan api usai dibombardir Luftwaffe, Angkatan Udara Jerman.

Akhirnya, Nazi berhasil menaklukkan Belanda pada 15 Mei 1940. Kekalahan Belanda turut membuat orang-orang Indonesia khawatir, sebab kala itu Indonesia masih dijajah Belanda.

Baca juga: 29 Juli 1921: Adolf Hitler Pimpin Partai Nazi, Fasisme Jadi Momok di Eropa

Beberapa mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda ambil bagian dalam melawan Nazi. Mereka tidak ingin Nazi menguasai Tanah Air.

Salah satu tokohnya yakni Irawan Soejono. Dikutip dari laman Universitas Leiden, Irawan pergi ke Belanda pada 1940 untuk kuliah di Universitas Leiden.

Namun setelah Belanda dikuasai oleh Nazi, Universitas Leiden ditutup. Nazi memaksa semua universitas memecat staf yang berdarah Yahudi.

Lantas, Irawan mendaftar di Universitas Amsterdam dan mengambil jurusan sosiologi. Di sana, ia dan mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpoenan Indonesia (PI) melakukan perlawanan bawah tanah.

Mereka bekerja sama dengan Belanda untuk melawan Nazi, serta menjadi bagian dari Binnenlandsche Strijdkrachten atau kekuatan perang Belanda.

Para mahasiswa berpandangan, Indonesia tidak akan bisa merdeka jika Belanda dikuasai oleh Nazi.

Irawan dan kawan-kawannya mempunyai semboyan, eerst Nederland bevrijden dan Indonesia atau bebaskan Belanda terlebih dahulu kemudian Indonesia merdeka.

Mereka membentuk pasukan yang diberi nama Untung Suropati. Pasukan tersebut mengelola dan menyebarkan majalah De Bevrijding (Pembebasan) yang mengobarkan perlawanan terhadap Nazi.

Baca juga: Leiden is lijden, karena Pemimpin Tak Lahir dari Zona Nyaman!

Dikutip dari Kompas.id, Irawan berperan dalam mengurus mesin tik, mesin stensil, hingga menjadi distributor. Namun, jika diperlukan, dia siap menyandang senjata sten gun atau karaben untuk melawan Nazi. 

Sosok Irawan dikenal tertutup, rendah hati, dan mengerjakan segala tugas tanpa banyak bicara. Ia cerdas dan ingin mengatasi semua persoalan dengan penuh tanggung jawab.

Selain menyebarkan majalah De Bevrijding, Irawan juga terlibat aktif memberikan perlindungan kepada orang Belanda dan Yahudi yang akan dikirim sebagai pekerja paksa atau dipenjara di kamp konsentrasi Nazi.

Irawan membantu anak-anak Yahudi bersembunyi supaya tidak ditangkap.

Saat menyebarkan majalah De Bevrijding, Irawan berkeliling menggunakan sepeda sambil membawa koper untuk menghindari razia. 

Namun pada 13 Januari 1945, dua bulan sebelum Belanda bebas dari Nazi, Irawan terjaring razia. Ia mencoba kabur dengan sepeda, namun tentara Nazi menembaknya.

Irawan mengembuskan napas terakhirnya dan dimakamkan di Green Lane pada 18 Januari 1945.

Sebagai bentuk penghormatan, nama Irawan Soejono diabadikan sebagai nama jalan di Amsterdam oleh Pemerintah Belanda. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks The Simpsons Prediksi Nyamuk Wolbachia, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks The Simpsons Prediksi Nyamuk Wolbachia, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Sri Mulyani Sebut Jokowi Lunasi Utang Negara di Sidang MK

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Sri Mulyani Sebut Jokowi Lunasi Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Fakta Timnas Indonesia: Patahkan Tradisi Olimpiade Korsel, Brace Perdana Rafael Struick

Fakta Timnas Indonesia: Patahkan Tradisi Olimpiade Korsel, Brace Perdana Rafael Struick

Data dan Fakta
Benarkah Penembak Jitu Disiagakan Saat Unjuk Rasa Pro-Palestina di Ohio State University?

Benarkah Penembak Jitu Disiagakan Saat Unjuk Rasa Pro-Palestina di Ohio State University?

Hoaks atau Fakta
Konten Satire soal Batas Usia Pengguna Spotify

Konten Satire soal Batas Usia Pengguna Spotify

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto RA Kartini Memakai Kerudung dan Kacamata

[HOAKS] Foto RA Kartini Memakai Kerudung dan Kacamata

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] KPU Jatim Belum Keluarkan Spesimen Surat Suara Pilkada 2024

[KLARIFIKASI] KPU Jatim Belum Keluarkan Spesimen Surat Suara Pilkada 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bantuan Dana Rp 75 Juta dari BPJS Kesehatan

[HOAKS] Bantuan Dana Rp 75 Juta dari BPJS Kesehatan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com