KOMPAS.com - Meski dikenal sebagai tokoh totalitarian, Adolf Hitler (1889-1945) bukan pencetus kelompok fasisme di Jerman. Hitler lebih tepat dianggap sebagai orang yang membawa kelompok di Kota Munich, negara bagian Bavaria itu ke skala yang lebih tinggi.
Setelah terlibat Perang Dunia I, Hitler kembali ke Bavaria, tempat dia tinggal sebelumnya. Hitler membawa bekas luka dan kekecewaan karena Jerman kalah dan harus membayar denda kerugian perang.
Hitler yang masuk di satuan kepolisian lokal mendapatkan tugas menyelidiki sebuah kelompok di kotanya yang memegang prinsip fasisme, yakni ultranasionalis, totalitarian, dan mengunggulkan ras sendiri.
Namun, dia justru tertarik dan setuju akan prinsip itu hingga bergabung dan belajar sungguh-sungguh pada kelompok yang bernama Partai Buruh Jerman itu.
Dilansir dari History.com, Hitler dan partainya ini akan membawa Jerman kembali dalam pusaran perang, yakni Perang Dunia II, yang kelak kembali memberi mereka kekalahan.
Baca juga: 18 Juli 1936: Buku Mein Kampf Hitler Diterbitkan, Ditulis di Penjara
Dengan suasana kekalahan perang yang menyisakan banyak kekecewaan, kelompok ini semakin berkembang dan mendapat semakin banyak dukungan.
Adolf Hitler pun berhasil mencapai puncak pimpinan partai itu, yang sekaligus melakukan pengubahan nama menjadi Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman pada 29 Juli 1921. Dunia kemudian mengenalnya dengan sebutan Nazi.
Dukungan yang semakin banyak datang membuat mereka percaya diri untuk merebut pemerintahan yang sedang berkuasa, yang saat itu berpusat di Kota Weimar.
Salah satu upaya kudeta itu ketika Hitler dan orang-orangnya menggelar pawai demi merebut pemerintahan negara bagian Bavaria, yang dikenal sebagai Beer Hall Putsch pada Novermber 1923.
Upaya itu gagal dan Hitler dipenjara, meskipun tidak diperlakukan sadis karena dianggap hanya sebagai orang yang tersesat dalam berpendirian.
Baca juga: 19 Juli 1943, Saat Amerika Bom Wilayah Roma untuk Memutus Pengaruh Nazi
Namun, upayanya merebut tampuk kepemimpinan negara tak berhenti. Dia kemudan melakukannya dengan cara yang lebih politis, hingga berhasil menjadi Kanselir Jerman pada Januari 1933.
Depresi ekonomi parah yang terjadi pada 1929 malah memberikan panggung bagi Hitler untuk melancarkan kritik dan mengumpulkan banyak dukungan secara politik hingga merebut puncak kekuasaan itu.