KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan menjadi duka mendalam bagi dunia olahraga, bagi sepak bola Indonesia, bahkan dunia. Wajah sepak bola Indonesia suram akibat tragedi pada enam bulan lalu.
Peristiwa memilukan terjadi pada 1 Oktober 2022, yang membuat 135 orang meninggal dunia saat berada di dalam Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Sebagian besar korban merupakan suporter Arema FC.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia, kebanyakan korban meninggal dunia disebabkan karena kehabisan oksigen akibat paparan gas air mata yang ditembakan ke tribune penonton.
Banyaknya korban tewas membuat Tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu peristiwa paling berdarah dalam sepak bola. Dengan 135 korban tewas, Tragedi Kanjuruhan menempati urutan kedua sebagai tragedi sepak bola yang paling banyak memakan korban di dunia.
Jumlahnya berada di bawah Tragedi Estadio Nacional, Lima, Peru yang memakan korban tewas sebanyak 328 orang pada 24 Mei 1964.
Baca juga: Memutus Rantai Kekerasan Polisi Pasca-tragedi Kanjuruhan
Selain menjadi pukulan, Tragedi Kanjuruhan harusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam sepak bola. Supaya tidak ada lagi kekerasan atau tindakan represif dalam dunia sepak bola.
Namun, setelah Tragedi Kanjuruhan masih ada tindak kekerasan di sepak bola Indonesia. Dalam enam bulan terakhir, terhitung setelah Tragedi Kanjuruhan, berikut beberapa di antaranya :
Kejadian tidak mengenakan dialami oleh tim nasional Thailand ketika akan bertanding dalam Piala AFF 2022 melawan Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno pada 29 Desember.
Bus yang ditumpangi oleh pemain dan ofisial tim nasional Thailand dilempar berbagai benda oleh oknum suporter Indonesia.
Aksi itu pun ramai dan menjadi perbincangan di media sosial. Dalam beberapa unggahan di media sosial tampak bus berwarna hijau yang ditumpangi pemain Thailand dikerumuni sejumlah orang saat dikawal mobil patroli Ditlantas Polda Metro Jaya.
Baca juga: Piala AFF 2022: Permohonan Maaf PSSI atas Insiden Perusakan Bus Timnas Thailand
Akibat kejadian itu kaca sebelah kiri bus retak karena diduga dilempar suatu benda
Peristiwa itu pun disayangkan oleh banyak pihak, termasuk pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong. Ia meminta agar para suporter tidak melakukan hal yang dapat merugikan Indonesia.