KOMPAS.com - Tangkapan layar artikel sebuah media memuat narasi soal peringatan peneliti bahwa telur menyebabkan pembekuan darah.
Hal itu bahkan dikaitkan dengan vaksin. Seperti yang ditemukan di akun Instagram ini, akun Facebook ini dan ini.
Berikut judul tangkapan layar artikel yang dirujuk, dalam terjemahan bahasa Indonesia:
Saintis Memperingatkan Telur Menyebabkan Ribuan Orang 'Mendadak' Membentuk Gumpalan Darah
Kata 'mendadak' yang digunakan dalam judul, selama ini kerap ditemukan pada disinformasi soal kematian akibat vaksin Covid-19 serta konspirasi terkait pembekuan darah.
Informasi kesehatan yang keliru berisiko menimbulkan keresahan di masyarakat. Lantas, bagaimana faktanya?
Artikel yang dibagikan di media sosial dalam bentuk tangkapan bersumber dari News Punch yang diunggah pada Selasa (24/1/2023).
Artikel itu mengutip sebuah studi yang diklaim terbaru dari Cleveland Clinic. Isi artikelnya membahas soal efek yang ditimbulkan dari suplemen nutrisi, bukan telur.
Disebutkan bahwa mengonsumsi kolin tambahan dalam bentuk kapsul meningkatkan kadar trimetilamina N-oksida atau TMAO, yang juga meningkatkan faktor risiko kejadian serangan jantung dan stroke.
Ada pula kutipan dokter yang terlibat dalam penelitian, yakni Stanley L. Hazen.
Artikel itu tidak menyebut telur menjadi penyebab pembekuan darah. Sehingga, ada ketidaksesuaian antara judul dan isi tulisan.
Pada 25 April 2017, Cleveland Clinic menerbitkan siaran pers hasil penelitian soal kolin, nutrisi yang biasanya terdapat kuning telur, daging merah, dan daging olahan.
Penelitian itu tidak mengaitkan secara langsung bahan makanan tersebut, melainkan konsumsi suplemen kolin.
Disebutkan, diet kolin dan produk sampingan bakteri usus meningkatkan risiko kejadian pembekuan darah seperti serangan jantung dan stroke.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini, tetapi studi ini menunjukkan pasien tanpa penyakit kardiovaskular yang diketahui tapi dengan kadar TMAO tinggi, dapat memperoleh manfaat dari aspirin dan modifikasi diet dalam mencegah pembekuan darah," kata Hazen, selaku penulis utama penelitian tersebut.