Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Efektif Cegah Hoaks Perlu Disiapkan Jelang Pemilu 2024

Kompas.com - 30/11/2022, 19:11 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lolly Suhenty mengatakan, hoaks politik dan berbagai disinformasi mulai muncul jelang Pemilihan Umum (Pemilu 2024).

Berkaca pada pemilu tahun-tahun sebelumnya, hoaks politik berdampak pada semakin menguatnya perpecahan kelompok yang saling berlawanan.

"Jika hoaks ini tidak mendapat penanganan yang cepat, akan berpotensi menimbulkan polarisasi politik yang sangat signifikan," kata Lolly, dalam diskusi Indonesia Fact Checking Summit 2022, dipantau secara daring, Rabu (30/11/2022).

Baca juga: [HOAKS] Surya Paloh Umumkan Pengunduran Diri Anies sebagai Kandidat Capres

Melihat pola sebarannya, Bawaslu menyadari bahwa misinformasi dan disinformasi lebih cepat menyebar dibanding sanggahannya.

Maka, menurut Lolly, strategi efektif perlu disiapkan mulai sekarang, untuk mencegah masyarakat termakan hoaks di tengah persebaran yang masif.

Selain polarisasi, dampak lain dari hoaks politik adalah menguatnya ketidakpercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU dan pengawasnya, Bawaslu.

Pola semacam ini dapat dilihat pada pemilu di Amerika Serikat, di mana kelompok masyarakat mempertanyakan hasil pemilu atas kekalahan Donald Trump. Ketidakpercayaan itu bahkan berujung kerusuhan di Gedung Capitol, hingga menimbulkan korban tewas.

"Bisa jadi di lapangannya akan menimbulkan kekerasan yang tidak bisa kita cegah. Ini dampak luar biasa dari hoaks," terang Lolly.

Komunitas digital kepemiluan

Lolly berpendapat, prebunking merupakan salah satu cara yang perlu diperkuat untuk menghadapi Pemilu 2024.

"Tantangan kita masih sama dengan proses yang kemarin, karena secara regulasi juga tidak berubah. Yang pertama adalah politisasi SARA, yang ini akan cepat persebarannya jika prebunking-nya tidak maksimal kita lakukan," ungkapnya.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Surya Paloh Tidak Menyatakan Keluar dari Koalisi

Bawaslu memcatat, pada 2019, sebanyak 81 persen penanganan pelanggaran pemilu masih bersumber dari temuan jajaran pengawas pemilu. Artinya laporan dari masyarakat masih sangat kecil.

"Jadi tantangan bagi Bawaslu untuk 2024 adalah bagaimana mampu menggerakkan masyarakat sipil, seluruh pihak untuk berkolaborasi melakukan pengawasan," kata Lolly.

Maka dari itu, Bawaslu ingin berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk merangkul sebanyak mungkin masyarakat agar melek terhadap proses pemilu.

Lolly mengatakan, Bawaslu sedang membangun komunitas digital yang membangun dialog interaktif agar masyarakat turut berperan aktif dalam pengawasan pemilu.

Hoaks politik yang paling sering muncul

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) merupakan salah satu pihak yang berwenang melakukan takedown terhadap konten-konten hoaks.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com