KOMPAS.com - Polisi federal Brasil mengirim surat ke Mahkamah Agung negara tersebut untuk meminta Presiden Jair Bolsonaro diinterogasi dan didakwa atas penghasutan.
Pernyataan dan tanggapan antisains dari Bolsonaro menggiring informasi palsu tentang wabah virus corona yang telah menewaskan lebih dari 680.000 warga Brasil, termasuk klaim palsu tentang hubungan antara AIDS dan vaksin Covid-19.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (18/8/2022), Bolsonaro menganggap Covid-19 sebagai penyakit sejenis flu ringan.
Kongres pun menyelidiki populis sayap kanan yang dituduh sengaja menunda pembelian vaksin dan mempromosikan pengobatan alternatif, seperti hidroksiklorokuin.
Pada Rabu (17/8/2022), seorang penyelidik senior polisi federal menulis surat kepada Mahkamah Agung untuk meminta Bolsonaro diinterogasi dan didakwa atas kejahatan penghasutan yang mendorong orang lain melakukan pelanggaran.
Dakwaan tersebut bisa membuatnya dihukum enam bulan penjara.
Salah satu yang diperkarakan polisi adalah tindakan penghasutan Bolsonaro melalui siaran YouTube dan Facebook, di mana unggahan itu telah dihapus.
Dalam siaran itu, Bolsonaro secara keliru mengeklaim masker mengakibatkan kematian selama pandemi influenza pada 1918.
"(Presiden) secara langsung, spontan, dan sadar menyebarkan disinformasi bahwa korban flu Spanyol sebenarnya meninggal akibat pneumonia bakteri yang disebabkan oleh penggunaan masker, menanamkan di benak pemirsa benar-benar disinsentif untuk menggunakannya dalam perang melawan Covid di saat wajib menggunakan masker," tulis laporan polisi.
Melalui siaran langsung yang sama, Bolsonaro juga mengklaim secara keliru studi yang dilakukan pemerintah di Inggris terkait sindrom defisiensi imun akut atau AIDS.
Kantor berita Brasil melaporkan bahwa Presiden Bolsonaro mengatakan informasi yang dia kutip berasal dari sebuah artikel di majalah Exame. Namun, artikel Exame tidak ada hubungannya dengan data Inggris yang disebutkan Bolsonaro.
Dliansir dari Fullfact, 5 November 2021, print out data yang ditunjukkan oleh Bolsonaro dalam siaran langsung ternyata bersumber dari sebuah blog yang menyalin artikel situs Expose yang diterbitkan pada 15 Oktober 2021.
Dia mengeklaim bahwa orang yang mendapat dosis vaksin lengkap rentan mengembangkan AIDS.
Kepala imunisasi Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) Mary Ramsay mengatakan ada kesalahpahaman atau manipulasi yang disengaja dari data yang disajikan.
"Untuk membuat data kami tidak mudah disalahartikan, Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah bekerja dengan Otoritas Statistik Inggris untuk memperbarui beberapa tabel data dan deskripsi dalam laporan, khususnya seputar tingkat infeksi pada kelompok yang divaksinasi dan tidak divaksinasi," ujarnya.