KOMPAS.com - Defisiensi vitamin D atau kekurangan vitamin D dapat memiliki pengaruh besar dalam kondisi tubuh kita.
Berdasarkan Jurnal Kedokteran tahun 2020, satu dari dua orang di Indonesia mengalami defisiensi vitamin D.
Hasil survei responden membuktikan bahwa hanya 14 persen dari mereka yang mengatahui, apakah mereka kekurangan vitamin D atau tidak.
Salah satu penyebabnya, kekurangan vitamin D memiliki gejala yang sering kali tidak disadari.
Setiap individu dari berbagai golongan usia bisa mengalami kekurangan atau defisiensi vitamin D ini.
“Mendeteksi kekurangan vitamin D ini menjadi penting karena hampi terjadi di segala kelompok usia, termasuk di negara tropis seperti Indonesia,” kata dr Devia Irine Putri, Health Practitioner Klikdokter, dalam diskusi daring bertajuk “Cara Praktis Deteksi Kekurangan Vitamin D” Selasa (24/5/2022).
Dirangkum dari berbagai penelitian ternyata kategori kelompok yang paling banyak mengalami defisiensi vitamin D adalah usia lanjut (78,2 persen), wanita dengan rentang usia 18-40 tahun (63 persen), dan anak-anak yang berusia 6 bulan sampai 12 tahun (44 persen).
Sementara itu, 61,25 persen ibu hamil ternyata mengalami kekurangan asupan vitamin D.
Baca juga: Deteksi Kadar Vitamin D Tubuh, D3TES Jadi Tools Edukasi Pertama
Devia menjelaskan, pemenuhan vitamin D sangat penting untuk kesehatan tubuh kita dari banyak hal. Di antaranya seperti berikut:
Untuk itu, kata Devia, penting sekali kita mengetahui gejala dan faktor risiko bagi kita untuk mengetahui dari defisiensi atau kekurangan vitamin D.
Kekurangan atau defisiensi vitamin D dapat menyebabkan berbagai gejala atau ciri-ciri pada tubuh seperti berikut:
“Selain itu, juga mudah mengalami patah tulang meski tidak cedera berat, nyeri tulang, dan kram otot,” ujarnya.
Baca juga: Kenali Gejala Kekurangan Vitamin D dan Faktor Risikonya
Faktor risiko yang mempengaruhi kekurangan atau defisiensi vitamin D ini pun ada banyak sekali. Di antaranya yakni:
Perlu diingat, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling mudah untuk mendapatkan paparan sinar matahari.
Oleh karena itu, kata Devia, akan sangat baik untuk kita memanfaatkan sinar matahari untuk mendapatkan vitamin D. Diketahui bahwa hampir 90 persen sumber vitamin D adalah paparan sinar matahari (ultraviolet B).
Untuk orang-orang yang berkulit gelap, durasi berjemur sebaiknya lebih sedikit dibandingkan orang yang memiliki warna kulit terang, misalnya 10-15 menit saja.
Baca juga: Tingkatkan Kadar Vitamin D, Ilmuwan Ubah Genetik Tomat
Sementara itu, orang-orang lanjut usia dan bayi baru lahir juga cukup berjemur selama 10-15 menit untuk mengoptimalisasi tulang dan sistem kekebalan tubuh.
Ibu hamil juga memerlukan vitamin D yang cukup untuk menekan risiko kematian ibu dan meningkatkan kesehatan janin yang dikandungnya.
(Sumber: Kompas.com Penulis Ellyvon Pranita | Editor Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.