Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Djulianto Susantio
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Djulianto Susantio adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Masjid Istiqlal, Dirancang Penganut Protestan dan Dijaga Umat Katolik

Kompas.com - 09/04/2022, 03:15 WIB
Kompasianer Djulianto Susantio,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

KOMPAS.com - Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Indonesia dan terletak tidak jauh dari Istana Presiden.

Setiap Idul Fitri dan Idul Adha, pimpinan dan pejabat negara, ditambah perwakilan negara asing, bersembahyang di Masjid Isiqlal.

Masjid ini sudah dikenal banyak orang dan selalu ramai didatangi pengunjung, baik untuk beribadah maupun sekadar melihat-lihat. Jadi Masjid Istiqlal ini sangat terbuka untuk masyarakat lintas agama.

Untuk mengunjungi Masjid Istiqlal sangat mudah dengan bus TransJakarta. Karena luas, kita bisa turun di halte Istiqlal atau halte Juanda. Tergantung tujuan terdekat kita.

Kompasianer sudah beberapa kali mengunjungi Masjid Istiqlal. Bukan untuk beribadah, melainkan mengikuti beberapa acara kebudayaan.

Baca juga: Alasan Masjid Istiqlal Jadi Tempat Ibadah Ramah Lingkungan Pertama Dunia

 

Direktorat Jenderal Kebudayaan sering kali menyelenggarakan kegiatan, seperti Festival Istiqlal termasuk bersih-bersih Istiqlal.  

Masjid Istiqlal memiliki luas area kawasan 91.629 meter persegi (tidak termasuk area sungai) dan luas bangunan masjid 80.948 meter persegi yang dapat menampung 200.000 orang. Tak ayal Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.

Simbol Indonesia

Setelah kemerdekaan 1945, ternyata kita belum punya masjid kebanggaan Jakarta. Saat itu Menteri Agama RI pertama, KH Wahid Hasyim bersama beberapa ulama, sudah mengusulkan pendirian masjid yang mampu menjadi simbol bagi Indonesia.

Pada 1953 mereka mengusulkan pendirian sebuah yayasan yang disebut Yayasan Masjid Istiqlal dan berdiri pada 7 Desember 1954 dengan diketuai H Tjokroaminoto.

Menurut https://istiqlal.or.id, Presiden Soekarno menyambut pendirian yayasan. Ia mengusulkan lokasi masjid di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch pada 1834.

Lokasi itu terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Kathedral, dan Jalan Veteran.

Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya, yaitu di Jalan MH Thamrin yang saat itu masih dikelilingi kampung-kampung. Bung Hatta juga menganggap pembongkaran benteng Belanda akan memakan banyak dana.

Akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun masjid di lahan bekas benteng Belanda.

Sebab di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral untuk umat Katolik. Tujuannya tentu saja untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Pada 1955 diadakan sayembara desain arsitektur masjid. Terpilih karya terbaik milik F Silaban (1912-1984) yang merupakan penganut Protestan. Ternyata karya itu harus diperbaiki dan mampu diselesaikan Silaban.   

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Soekarno pada 24 Agustus 1961. Sayang pembangunan masjid tersendat lama.

Baru pada 1978, Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden Soeharto.  Istiqlal sendiri bermakna merdeka, simbol kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sejak Mei 2019, sebagaimana dilansir dari laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, https://setkab.go.id,  pemerintah merenovasi Masjid Istiqlal.  

Lingkup pekerjaan renovasi meliputi penataan kawasan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, mechanical electrical plumbing (MEP), serta pekerjaan interior dan signage.

Setahun kemudian pekerjaan renovasi rampung. Presiden Joko Widodo meresmikan hasil renovasi pada 7 Januari 2021.

Dijaga umat non Islam

Hasil renovasi lain berupa Terowongan Silaturahmi bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Kathedral. Tentu saja menjadi simbol kerukunan atau toleransi beragama.

Sebenarnya toleransi sudah berlangsung lama. Ketika ada ibadah Jumat, umat boleh parkir di kawasan gereja. Sebaliknya ketika ibadah Minggu, umat parkir di halaman masjid.

Pada perayaan keagamaan, Masjid Istiqlal ikut dijaga umat Katholik dan Gereja Kathedral dijaga umat Muslim.

Baca juga: Masjid Istiqlal Dianugerahi Gelar Green Mosque Pertama di Dunia

Masjid Istiqlal benar-benar unik. Presiden Soekarno mencanangkan, Presiden Soeharto meresmikan, dan Presiden Joko Widodo merenovasi.

Lebih dari itu, Masjid Istiqlal dirancang umat Protestan dan dijaga umat Katholik. Yang jelas, milik kita bersama tanpa memandang suku dan agama. Dengan demikian harus dilestarikan secara bahu-membahu atau gotong-royong.     

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Masjid Istiqlal, Dirancang Umat Protestan dan Dijaga Umat Katholik"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com