Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Kesalahan Sopir Truk Saat Berkendara dan Bagaimana Mencegahnya

Dalam rekaman CCTV tragedi tersebut, tampak truk tronton menabrak kendaraan di depannya dari belakang secara lurus dan langsung hingga kurang lebih sejauh 100 meter.

Padahal apabila disimak lebih teliti, di sebelah kiri ada jalur kosong dan pepohonan.

Logika sederhananya, sang sopir bisa saja menghindari tabrakan beruntun dari belakang jika berani mengambil risiko membuang badan truk ke daerah pepohonan.

Melihat rekaman tersebut, barangkali akan timbul pertanyaan: apa yang seharusnya dilakukan sopir dalam keadaan serupa?

1. Hanya memikirkan keselamatan diri sendiri

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, sulit mengambil keputusan di saat genting, termasuk saat Tragedi Rapak Balikpapan.

Tapi hal itu juga berkaitan dengan pengalaman sang sopir.

"Ini agak susah karena berhubungan dengan jam terbang. Kalau pengemudi yang jam terbangnya tinggi dia bisa mengambil tindakan atau keputusan yang paling tidak tingkat kerugiannya kecil," kata Sony kepada Kompas.com, Jumat (21/1/1022).

Sony mengatakan, pertanyaan mengapa sopir lurus dan tidak mengambil tindakan buang badan itu harus dilontarkan kepada pihak terkait.

Tapi ada dasar asumsi mengapa hal itu dilakukan, yakni reaksi spontan untuk mengamankan dirinya sendiri.

"Ada asumsi begini, ketika dia tidak memiliki jam terbang banyak dia akan berpikir untuk mengamankan dirinya. Ada pohon ada kendaraan, pikirannya kalau nabrak pohon fatal pasti, kalau kendaraan tidak fatal. Karena kendaraan akan kalah dan bergeser," katanya.

2. Kurang jam terbang

Karena itu kata Sony, pentingnya jam terbang sopir saat membawa kendaraan besar.

Alasannya, tingkat risiko yang besar maka membutuhkan tanggung jawab yang juga makin besar.

"Di sini pentingnya jam terbang yang tidak sedikit. Karena dia tidak berpikir keselamatan orang lain," katanya.

3. Lalai cek kendaraan sebelum berkendara

Kecelakaan berantai yang disebabkan truk tronton ini diduga disebabkan oleh rem truk yang blong.

Perlu diketahui, rem truk berbeda daripada mobil kecil. Kebanyakan truk sudah menggunakan sistem full air brake atau rem angin pada pengeremannya.

Sedangkan mobil biasa masih menggunakan rem minyak atau hidrolik. 

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, sistem yang berbeda tentu membutuhkan perawatan yang berbeda pula.

“Rem truk dan rem angin membutuhkan pemeriksaan kelaikan sebelum, saat, dan setelah mengemudi,” ucap Jusri kepada Kompas.com.

Sebelum mengemudi truk dengan rem angin, maka setiap pagi mereka harus memeriksa air brake check.

Diperhatikan slack adjuster di chamber untuk memastikan keseimbangan distribusi angin ke masing-masing roda.

Pengemudi harus membuang angin dari air tank sebelum menghidupkan mesin. Ini harus dilakukan setiap hari karena udara yang ada di tangki akan menjadi air di pagi hari.

Jika dibiarkan bisa jadi angin palsu yang membuat kemampuan rem berkurang.

“Kemudian periksa apakah ada kebocoran, lalu nyalakan mesin selama satu menit, seharusnya udara di tangki sudah kembali terisi. Sebelum jalan, periksa dengan menginjak rem, memastikan bekerja atau tidak,” kata dia.

4. Kurang bijak menggunakan rem

Saat mengemudi, rem kaki pada truk atau service brake sebaiknya jangan terus digunakan.

Manfaatkan rem lain seperti exhaust brake, engine brake, dan retarder untuk mengurangi laju kendaraan.

Menurut Jusri, tujuan menggunakan exhaust brake bukan untuk menghentikan kendaraan, tetapi mengurangi lajunya.

Sehingga kerja service brake tidak bekerja terlalu berat.

“Karena jika sering digunakan, bisa mengalami panas berlebih dan akan menjadi penurunan performa rem atau brake fading,” katanya.

5. Menyiram kendaraan dengan air

Ketika kendaraan selesai bertugas, ada kebiasaan buruk dari pengemudi untuk mendinginkan rem, yaitu disiram dengan air.

Padahal ini bisa menyebabkan konstruksi rem akan rusak.

Kemudian, sopir dianjurkan untuk melakukan post driving check alias pengecekan pascaberkendara.

"Pastikan kondisi kendaraan itu laik, cek selang angin dan lainnya. Kemudian pengemudi juga harus buang angin yang ada di tangki agar tidak terjadi penumpukan,” ucap Jusri.

Selain itu, Jusri menyarankan, jika tangki udara kosong pada truk yang full air brake, rem akan mengunci sehingga tidak bergerak kemana-mana, jadi lebih aman.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Aprida Mega Nanda | Editor: Azwar Ferdian)

https://www.kompas.com/wiken/read/2022/01/22/084424781/5-kesalahan-sopir-truk-saat-berkendara-dan-bagaimana-mencegahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke