Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Wilayah Maluku Disebut Sebagai Kepulauan Rempah-rempah? Berikut Sejarahnya

Kompas.com - 13/04/2024, 20:00 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Maluku adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, dengan ibu kota yang terletak di Kota Ambon.

Kelompok pulau-pulau kecil di timur Indonesia tersebut berada di antara Sulawesi dan Papua Nugini.

Mereka termasuk pulau Halmahera, Seram, Buru, Ambon, Ternate, Tidore, serta gugusan pulau Aru dan Kai.

Pada masa kolonial, wilayah kepulauan Maluku juga pernah dikenal dengan nama Spice Islands atau Kepulauan Rempah-rempah.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Holland dan Belanda


Lantas, mengapa Maluku dijuluki Kepulauan Rempah-rempah?

Sejarah Maluku sebagai Kepulauan Rempah-rempah

Dulunya, sebagian besar penduduk di wilayah kepulauan Maluku bekerja di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan, menurut Britannica.

Beras, kelapa, dan coklat ditanam secara luas, kemudian ikan, hasil hutan, kopra, dan rempah-rempah merupakan ekspor yang paling signifikan.

Cengkih di bagian utara Maluku dan pala di pulau-pulau tengah diperdagangkan di Asia jauh sebelum orang Eropa mendengar tentang apa yang disebut Kepulauan Rempah-Rempah.

Baca juga: 10 Pulau Tak Berpenghuni Terbesar di Dunia, Ada yang Luasnya Hampir Separuh Pulau Jawa

Kepulauan Maluku dikenal dengan nama Kepulauan Rempah-rempah karena pala, bunga pala, dan cengkeh yang hanya terdapat di sana, dan memicu minat kolonial dari Eropa pada abad keenam belas.

Portugis menetap di pulau-pulau tersebut pada tahun 1512, memulai konflik selama beberapa dekade dengan sultan yang berkuasa di Ternate dan Tidore.

Kemudian, Spanyol, Inggris, dan Belanda datang untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Akhirnya, Belanda keluar sebagai pemenang, dan mereka memperoleh keuntungan besar dari usaha mereka di Maluku.

Baca juga: Anjing Disebut sebagai Hewan yang Buta Warna, Mengapa? Berikut Alasannya

Mengapa Kepulauan Rempah-rempah penting?

Maluku atau Kepulaun Rempah-rempah dikenal sebagai penghasil bunga pala, pala, cengkeh, dan lada terbesar di dunia.

Dikutip dari laman Royal Museum Greenwich, perdagangan rempah-rempah dan barang-barang lainnya berkembang pesat di Timur Jauh.

Itu terjadi selama berabad-abad sebelum kapal-kapal Eropa tiba di Samudera Hindia pada 1498. Rempah-rempah dibeli dengan sutra Tiongkok, katun India, kopi Arab, dan gading Afrika.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Ternyata Bahasa China dan Mandarin Berbeda

Bangsa Portugis mulai membeli rempah-rempah langsung dari Kepulauan Rempah-rempah sejak tahun 1520-an.

Rempah-rempah telah tersedia di Eropa sepanjang Abad Pertengahan tetapi harganya sangat tinggi karena harus dikirim melalui jalur darat yang mahal melalui tangan banyak pedagang.

Pada saat rempah-rempah tiba di Venesia (titik utama kontak dagang antara Eropa dan Timur), sering kali harganya 1000 persen lebih tinggi daripada harga asli yang dibayarkan di Kepulauan Rempah-Rempah.

Hal tersebut menjadikan rempah-rempah menjadi komoditas yang cukup penting dan berharga.

Baca juga: Mengenal Paman Sam, Sosok yang Menjadi Simbol Negara Amerika Serikat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com