KOMPAS.com - Maluku adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau, dengan ibu kota yang terletak di Kota Ambon.
Kelompok pulau-pulau kecil di timur Indonesia tersebut berada di antara Sulawesi dan Papua Nugini.
Mereka termasuk pulau Halmahera, Seram, Buru, Ambon, Ternate, Tidore, serta gugusan pulau Aru dan Kai.
Pada masa kolonial, wilayah kepulauan Maluku juga pernah dikenal dengan nama Spice Islands atau Kepulauan Rempah-rempah.
Baca juga: Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan antara Holland dan Belanda
Lantas, mengapa Maluku dijuluki Kepulauan Rempah-rempah?
Dulunya, sebagian besar penduduk di wilayah kepulauan Maluku bekerja di bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan, menurut Britannica.
Beras, kelapa, dan coklat ditanam secara luas, kemudian ikan, hasil hutan, kopra, dan rempah-rempah merupakan ekspor yang paling signifikan.
Cengkih di bagian utara Maluku dan pala di pulau-pulau tengah diperdagangkan di Asia jauh sebelum orang Eropa mendengar tentang apa yang disebut Kepulauan Rempah-Rempah.
Baca juga: 10 Pulau Tak Berpenghuni Terbesar di Dunia, Ada yang Luasnya Hampir Separuh Pulau Jawa
Kepulauan Maluku dikenal dengan nama Kepulauan Rempah-rempah karena pala, bunga pala, dan cengkeh yang hanya terdapat di sana, dan memicu minat kolonial dari Eropa pada abad keenam belas.
Portugis menetap di pulau-pulau tersebut pada tahun 1512, memulai konflik selama beberapa dekade dengan sultan yang berkuasa di Ternate dan Tidore.
Kemudian, Spanyol, Inggris, dan Belanda datang untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Akhirnya, Belanda keluar sebagai pemenang, dan mereka memperoleh keuntungan besar dari usaha mereka di Maluku.
Baca juga: Anjing Disebut sebagai Hewan yang Buta Warna, Mengapa? Berikut Alasannya
Maluku atau Kepulaun Rempah-rempah dikenal sebagai penghasil bunga pala, pala, cengkeh, dan lada terbesar di dunia.
Dikutip dari laman Royal Museum Greenwich, perdagangan rempah-rempah dan barang-barang lainnya berkembang pesat di Timur Jauh.
Itu terjadi selama berabad-abad sebelum kapal-kapal Eropa tiba di Samudera Hindia pada 1498. Rempah-rempah dibeli dengan sutra Tiongkok, katun India, kopi Arab, dan gading Afrika.
Baca juga: Sering Dikira Sama, Ternyata Bahasa China dan Mandarin Berbeda
Bangsa Portugis mulai membeli rempah-rempah langsung dari Kepulauan Rempah-rempah sejak tahun 1520-an.
Rempah-rempah telah tersedia di Eropa sepanjang Abad Pertengahan tetapi harganya sangat tinggi karena harus dikirim melalui jalur darat yang mahal melalui tangan banyak pedagang.
Pada saat rempah-rempah tiba di Venesia (titik utama kontak dagang antara Eropa dan Timur), sering kali harganya 1000 persen lebih tinggi daripada harga asli yang dibayarkan di Kepulauan Rempah-Rempah.
Hal tersebut menjadikan rempah-rempah menjadi komoditas yang cukup penting dan berharga.
Baca juga: Mengenal Paman Sam, Sosok yang Menjadi Simbol Negara Amerika Serikat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.