Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tornado Disebut Tak Bisa Terjadi di Ekuator atau Daerah Khatulistiwa, Benarkah?

Kompas.com - 24/02/2024, 15:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan yang menyebut tornado tidak bisa terjadi di ekuator atau garis khatulistiwa, viral di media sosial.

Unggahan itu dimuat oleh akun X (sebelumnya Twitter) @infroastronomy pada Kamis (22/2/2024).

Pengunggah menuliskan hal tersebut berpijak pada musibah angin kencang yang baru saja terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Rabu (21/2/2024) yang disebut sebagai tornado.

Padahal, kata pengunggah, wilayah Indonesia seharusnya tidak bisa dilanda tornado karena terletak di ekuator.

Kami turut berduka atas musibah tornado di Rancaekek. Ini adalah tornado pertama yang terjadi di Indonesia, yang seharusnya tidak bisa terjadi mengingat kita terletak di ekuator planet Bumi,” bunyi keterangan dalam unggahan.

Hingga Sabtu (24/2/2024), unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 2,9 juta kali dan disukai oleh lebih dari 26.000 akun.

Lantas, benarkah demikian?

Baca juga: BMKG Bantah Angin Kencang di Rancaekek dan Jatinangor Tornado

Penjelasan BMKG

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, tornado memiliki ukuran yang besar.

Sementara, wilayah di garis khatulistiwa hanya akan dilanda angin puting beliung yang berukuran kecil.

“Puting beliung kita bilang small tornado. Kalau tornado, besar,” ujar Guswanto, saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Antara tornado dan puting beliung, dibedakan dari durasi kejadian, skala wilayah hembusan, dan kecepatan pusaran anginnya.

Guswanto menjelaskan, angin puting beliung sendiri hanya berputar dengan kecepatan maksimal 63 kilometer per jam.

Kemudian, angin puting beliung juga bergerak lurus dengan durasi berkisar lima menit dan skala wilayah hembusannya 5-10 kilometer.

Ia menambahkan, tornado biasanya terjadi di wilayah yang memiliki iklim sub-tropis. Sedangkan diketahui, Indonesia beriklim tropis.

Tornado itu biasanya terjadi di lintang menengah (bukan khatulistiwa), seperti Amerika Serikat, Filipina, Jepang yang memiliki iklim sub-tropis,” imbuhnya.

Baca juga: AS adalah Negara yang Paling Sering Diterjang Tornado, Apa Penyebabnya?

Dipengaruhi gaya coriolis

Lebih lanjut, tornado terbentuk karena dipengaruhi oleh adanya pengaruh gaya coriolis yang membelokkan angin sesuai belahan Bumi utara atau selatan.

Gaya coriolis sendiri adalah gaya semu dengan membelokkan arus angin yang disebabkan oleh rotasi Bumi.

“Kalau Bumi belahan utara, gaya coriolis membelokkan angin ke kanan. Kalau selatan, angin dibelokkan ke kiri,” ucap Guswanto.

Gaya coriolis ini, tuturnya, akan semakin besar jika menuju ke lintang tempat yang lebih tinggi atau menjauhi garis khatulistiwa.

Sebaliknya, gaya coriolis makin kecil jika lintang tempat makin rendah. Semakin mendekati garis khatulistiwa, gaya coriolis semakin kecil.

“Di ekuator, gaya coriolis adalah 0 (nol),” tutur dia.

Adapun tornado sama dengan siklon tropis yang tidak terjadi di daerah garis khatulistiwa. Bedanya, siklon tropis terjadi di laut dan tornado terjadi di darat.

Sementara, tornado sendiri memiliki nama lain, seperti typhoon atau taifun yang banyak dikenal di China dan Jepang.

Baca juga: Saat Dua Peneliti BRIN Beda Pendapat soal Angin Kencang di Bandung dan Sumedang... 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com