Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Beranak dalam Kubur" Disebut Bisa Terjadi, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 19/02/2024, 15:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan yang menginformasikan fenomena "beranak dalam kubur" disebut dapat terjadi di dunia nyata, ramai di media sosial.

Informasi tersebut diunggah oleh akun media sosial TikTok @sipalingtaukk, Rabu (7/2/2024).

Pengunggah menuliskan, jenazah wanita yang sedang hamil akan menghasilkan cukup gas untuk mengeluarkan janin dari rahimnya.

"Kejadian ini disebut dengan 'beranak dalam kubur (coffin birth)'," tulis unggahan.

Hingga Senin (19/2/2024) siang, unggahan tersebut telah mendapat lebih dari 1,8 juta tayangan, 93.000 suka, dan 400 komentar dari pengguna TikTok.

Lantas, benarkah mayat wanita menghasilkan gas yang dapat mengeluarkan janin dari rahim?

Baca juga: Cut Zahara Fona dan Bayi Ajaib, Hoaks 1970-an yang Buat Presiden Soeharto dan Jajaran Tertarik


Beranak dalam kubur secara medis

Spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) dari RSIA Anugerah Semarang, Indra Adi Susianto mengatakan, semua jenazah akan menghasilkan gas selama proses pembusukan.

Menurutnya, jenazah wanita hamil seperti pada unggahan TikTok telah memasuki tahap pembusukan jaringan.

Jenazah akan mengalami tahapan penggembungan, yakni saat bakteri mulai berkembang biak dan menghasilkan gas metana, nitrogen, serta hidrogen sulfida.

Keberadaan gas-gas tersebut dapat membuat janin terdorong keluar dari rahim dan tubuh jenazah wanita hamil.

"Sehingga menciptakan tekanan berlebihan yang membuat seolah-olah beranak dalam kubur," ujar Indra, saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/2/2024).

Indra menambahkan, janin yang terkandung dalam jenazah pun sudah dapat dipastikan dalam kondisi meninggal dunia.

Sebab, organ jantung wanita yang berfungsi mengalirkan darah dan oksigen ke janin sudah tidak lagi berfungsi.

"Pasti begitu (janin meninggal dunia), karena jantung ibu sudah berhenti pasti tidak ada lagi aliran darah dan oksigen ke janin," ungkapnya.

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/5/2017), fenomena melahirkan dalam kubur sempat ditemukan dalam kuburan abad ke-14.

Fenomena langka ini yang dikenal dengan nama postmortem fetal extrusion ini terjadi karena tekanan gas dalam tubuh yang membusuk mendorong janin keluar dari tubuh ibu.

"Dalam kasus ini, kita menemukan pengeluaran parsial dengan janin berusia 38 hingga 40 minggu. Janin tersebut ditemukan masih utuh di dalam jalan lahir,” kata peneliti dari University of Genova, Deneb Cesana.

Baca juga: Bisa Picu Guncangan Janin, Bolehkah Ibu Hamil Tertawa Terbahak-bahak?

Tahapan pembusukan jenazah

Indra memaparkan, pembusukan jenazah secara umum terdiri dari lima tahapan, mulai dari berhentinya organ tubuh hingga pembusukan tulang.

Berikut tahapan pembusukan jenazah, baik pada pria maupun wanita:\

1. Autolisis

Proses pembusukan jenazah sudah dimulai sejak jantung berhenti berdetak karena tidak ada lagi darah yang dipompa ke seluruh tubuh.

Hanya dalam waktu tiga hingga enam jam, otot tubuh mulai kaku dan tidak dapat berelaksasi. Jasad pun menjadi tegang dalam kondisi yang disebut rigor mortis.

"Setelah jasad dikuburkan dalam tanah (24–72 jam setelah kematian), suhu tubuh perlahan menjadi dingin karena menyesuaikan suhu lingkungan. Ditambah lagi, tak ada oksigen yang terbawa dalam peredaran darah," papar Indra.

Bakteri yang hidup dalam usus mulai menggerogoti dinding usus. Enzim dalam tubuh juga akan bekerja untuk memecah sel dan jaringan di sekitarnya.

Menurut Indra, proses tersebut dikenal sebagai autolisis, yang ditandai dengan lecet pada beberapa permukaan kulit.

"Perlahan, lalat-lalat mulai menghinggapi tubuh untuk bertelur," lanjutnya.

2. Penggembungan

Sekitar tiga sampai lima hari setelah kematian, bakteri mulai berkembang biak dan menghasilkan berbagai gas seperti karbon dioksida, metana, nitrogen, dan hidrogen sulfida.

Gas tersebut membuat tubuh tampak menggembung dan menciptakan tekanan berlebihan dalam tubuh.

Tekanan akan mendorong cairan keluar melalui lubang-lubang pada tubuh, seperti hidung, mulut, telinga, vagina, dan anus.

Gas inilah yang menjadi alasan jenazah wanita dapat mengeluarkan janin dalam perut dengan sendirinya.

"Jika ada serangga atau belatung yang memakan jaringan tubuh, mereka akan meninggalkan telurnya dan mulai menimbulkan kerusakan pada permukaan kulit jenazah," kata Indra.

Jenazah dengan kondisi luka terbuka pada kulit, menurutnya, akan memberikan peluang bagi serangga dan bakteri untuk masuk ke dalam tubuh.

Dengan demikian, proses pembusukan jenazah akan terjadi lebih awal.

"Gas yang keluar akan menguarkan bau amis dan tidak sedap. Ini pertanda bahwa bagian dalam jenazah sudah mulai mengalami proses pembusukan dalam kubur," ujarnya.

Baca juga: Mengeluh Perut Kembung 10 Hari, Wanita di Perancis Ternyata Mengandung Janin di Dekat Ususnya

3. Peluruhan aktif

ilustrasi jenazah. Proses pembusukan pada jenazah.KOMPAS.COM/SHUTTERSTOCK/JAN H ANDERSEN ilustrasi jenazah. Proses pembusukan pada jenazah.

Indra melanjutkan, tahapan ketiga dari proses pembusukan merupakan pembusukan aktif sekaligus tahap yang paling cepat dan progresif.

"Tahapan ini terjadi sekitar delapan sampai sepuluh hari setelah kematian," tuturnya.

Selama proses ini, sebagian besar massa atau berat tubuh akan hilang karena bakteri dan serangga merusak berbagai sel tubuh dan membuat cairan keluar.

Kulit juga mulai melebarkan pori-pori, yang menjadi akses bagi binatang-binatang pencari makan untuk menggerogoti kulit.

Selanjutnya, kulit mulai meluruh dan menghitam karena tidak ada lagi darah yang mengalirkan oksigen dan zat gizi.

"Tahap ketiga ini dikatakan selesai jika belatung atau serangga apa pun sudah tidak menghinggapi tubuh lagi," terang Indra.

4. Peluruhan tahap lanjut

Jika sebelumnya sebagian jaringan lunak telah membusuk, pada tahap keempat pembusukan lebih lanjut akan terjadi pada tulang, rambut, tulang rawan, serta ligamen.

Indra mengungkapkan, sebagian besar komponen tubuh pada tahapan ini telah berubah warna dan menghitam.

Jaringan dan sel-sel tubuh juga mulai rusak, termasuk jantung, ginjal, hati, dan organ-organ lain yang semula padat akan mencair selama pembusukan tahap lanjut.

"Pada tahap ini, kumbang dan jenis lalat tertentu dengan kemampuan mengunyah benda keras akan mendatangi tubuh untuk memproses komponen tubuh yang lebih keras," kata dia.

5. Pembusukan tulang

Terakhir, menurut Indra, jenazah akan mengalami tahapan skeletonization atau pembusukan tulang.

"Semua komponen tubuh telah terurai dan satu-satunya bagian tubuh yang tersisa dari jenazah hanyalah tulang kering," ujarnya.

Meski memakan waktu bertahun-tahun, sisa tulang kering jenazah akan ikut membusuk hingga tak ada lagi yang tersisa.

"Kondisi lingkungan yang kering dan panas dapat mempercepat proses dan menyelesaikan tahap ini dalam hitungan minggu," ungkap Indra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com