Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Gigitan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa, Waspadai Saat Musim Hujan

Kompas.com - 06/02/2024, 20:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan yang menginformasikan perbedaan gigitan ular berbisa dan tidak berbisa, ramai di media sosial.

Perbedaan tersebut penting diketahui saat musim hujan, seiring potensi ular masuk rumah yang lebih tinggi dibandingkan kemarau.

Informasi beda gigitan ular diunggah oleh akun media sosial X (dulu Twitter) @NoContextHumans, Senin (5/2/2024) pagi.

"Kalau-kalau kamu tidak mengetahuinya," tulis unggahan.

Tampak dalam foto yang diunggah, gigitan ular berbisa memiliki ciri khas dua titik dengan lubang yang lebih dalam.

Sementara ular tidak berbisa, luka gigitan lebih menyerupai bentuk gigi pada hewan melata ini.

Lantas, benarkah gigitan ular berbisa dan tidak berbisa seperti dalam unggahan tersebut?

Baca juga: Waspadai 4 Jenis Ular yang Sering Masuk Rumah di Musim Hujan, Lakukan Ini untuk Mengusirnya


Beda gigitan ular berbisa dan tidak berbisa

Ketua Taman Belajar Ular (Tabu) Indonesia, Erwandi Elang Supriadi membenarkan, beda gigitan ular berbisa dan tidak berbisa tampak seperti pada unggahan X.

"Benar, perbedaan gigitan ular berbisa dan tidak berbisa seperti unggahan itu," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/2/2024).

Gigitan ular berbisa akan meninggalkan luka dengan dua titik dari taring yang menancap pada tubuh korban.

Menurut Erwandi, dua taring milik ular berbisa berfungsi untuk menyuntikkan dan menyalurkan zat racun pada korban.

Sebaliknya, bekas gigitan ular tidak berbisa akan terlihat terkoyak atau sobek membentuk huruf U seperti susunan gigi ular.

"Kalau tidak berbisa tidak memiliki dua taring, jadi menggigit hanya meninggalkan bekas luka seperti huruf U, seperti tapal kuda," kata dia.

Baca juga: BRIN Temukan Jenis Ular Air Baru di Sulawesi, Berekor Pipih

Erwandi melanjutkan, gigitan ular berbisa atau tidak juga dapat diketahui dari bentuk dan penampakan ular yang menyerang.

Namun, perbedaan kedua jenis hewan melata ini akan sulit dikenali oleh masyarakat awam yang jarang berinteraksi dengan ular.

"Kalau dari penampakan luar bisa, tapi yang sudah paham tentang ular. Kalau yang tidak paham tidak bisa dilihat dari penampakan luarnya," tuturnya.

Dia pun meminta masyarakat untuk tidak mencoba menangkap ular sendiri dan meminta bantuan kepada ahlinya.

Sementara itu, jika telanjur tergigit ular, langkah pertolongan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Jangan panik
  • Jangan tertidur
  • Balut luka tetapi jangan terlalu kencang karena fungsinya untuk menghambat bukan menghentikan aliran darah
  • Beri air minum dan asupan protein agar antibodi kuat.

"Segera dibawa ke rumah sakit yang menyediakan Sabu atau serum antibisa ular," ujar Erwandi.

Baca juga: Ular Kobra Bertelur Saat Musim Hujan, Ini Cara Menghadapinya jika Masuk Rumah

Bekas gigitan ular kadang terlihat sama

Ilustrasi gigitan ular berbisa. Ilustrasi gigitan ular berbisa.

Terpisah, Pakar Ekologi Satwa Liar Herpetofauna IPB University, Mirza Dikari Kusrini menjelaskan, ular berbisa biasanya memiliki taring tipis yang tajam seperti alat suntik, sehingga bekas gigitannya akan terlihat.

Namun, menurut Mirza, bekas gigitan ular berbisa dan tidak berbisa terkadang memiliki bentuk serupa.

"Masalahnya, ketika digigit kadang bekasnya tidak terlihat jelas seperti gambar ini," ungkapnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/2/2024).

Oleh karena itu, perlu adanya snake venom detection kits atau alat deteksi bisa ular untuk mendeteksi jenis ular yang menggigit.

"Makanya saya sudah lama itu mengampanyekan pentingnya kita mengembangkan snake venom detection kits seperti yang dipunyai oleh Australia," ujar Mirza.

Hanya dimiliki oleh Australia, alat pendeteksi bisa ular digunakan dengan cara mengambil hasil usapan gigitan, darah, atau urine korban ke lubang yang telah dilapisi antibodi berbagai bisa ular.

Alat ini akan sangat membantu memilih jenis antivenom atau antibisa ular yang mungkin harus digunakan untuk menyelamatkan korban.

Baca juga: Cara Mengecek Tanda Ular Masuk Rumah dan Mencegahnya Datang Kembali

Segera bawa korban gigitan ular ke rumah sakit

Sayangnya, Mirza mengungkapkan, kehadiran serum antibisa ular di Indonesia juga tidak selalu tersedia di semua rumah sakit.

"Apalagi serum antibisa kita kan hanya ada satu macam dari Biofarma, BioSAVE, yang sifatnya polivalen," terangnya.

Satu jenis serum antivenom tersebut digunakan untuk tiga macam gigitan ular, yaitu ular kobra, ular welang, dan ular tanah. Padahal, jenis ular berbisa di Indonesia relatif banyak.

"Serum BioSAVE buatan Biofarma ini cair dan harus disimpan dalam lemari pendingin biar tidak rusak. Stok gampang rusak," kata dia.

Kendati demikian, semua rumah sakit ataupun puskesmas seharusnya mampu menangani gigitan ular meski tidak menyediakan serum antibisa.

Paling tidak, menurut Mirza, tenaga kesehatan dapat menangani gejala tergigit ular yang muncul, seperti bengkak dan pendarahan.

"Tidak semua gigitan ular berbisa fatal, tergantung sifat bisa, apakah neurotoksin (menyerang saraf) dan hematoksin (menyerang darah)," tuturnya.

Fatal atau tidaknya gigitan ular berbisa juga tergantung jumlah racun yang masuk, serta kondisi orang yang tergigit, seperti anak-anak yang lebih rentan dari orang dewasa.

"Tanpa antibisa, bila penanganannya benar, gigitan ular berbisa dapat diatasi. Sebaiknya langsung dibawa entah itu ke puskesmas atau rumah sakit, nanti orangnya bisa diobservasi oleh tenaga kesehatan," tutupnya.

Baca juga: 3 Tanda Ular Bersembunyi di Loteng Rumah, Berikut Cara Mencegahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com