Terpisah, konsultan karier dan pencetus platform Jurusanku, Ina Liem menjelaskan, banyak variabel untuk menentukan gaji atau upah seorang pekerja.
Menurut Ina, masalah tersebut tidak hanya dapat dilihat dari tingkat pendidikan para pekerja saja.
"Misalnya, jenis pekerjaan yang dilakukan itu sendiri memerlukan keahlian seperti apa. Kalau memang hanya perlu lulusan SMA, tentunya lulusan S1 boleh mendaftar, tapi harus mau menerima standar gaji yang ditawarkan," ungkapnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu.
Dia menambahkan, jika ingin mengantongi gaji yang lebih banyak, maka calon pekerja harus mencari pekerjaan dengan keahlian lebih tinggi dari tingkat SMA.
Namun, ada pula faktor lainnya, yakni keahlian masing-masing individu. Oleh karenanya, meski lulusan S1, tak jarang digaji setara atau lebih rendah dari tamatan sekolah menengah.
Terutama, terang Ina, jika selama kuliah hanya mencari ijazah, tidak menguasai materi, tidak memiliki sertifikasi, serta tidak menambah soft skill dengan magang, berorganisasi, atau memimpin kelompok.
"Skill (keahlian) yang dimiliki bisa saja setara SMA, tidak berkembang, dan waktu wawancara kelihatan," kata dia.
Namun, jika keahlian sudah lebih tinggi dan sifat pekerjaan jauh lebih sulit dari tingkat SMA, tetapi masih digaji upah minimum, maka permasalahan ada pada perusahaan.
"Perusahaannya yang tidak menghargai value (nilai) yang kita berikan (gaji rendah), ya tinggal cari perusahaan lain. Kalau kita memang sebagus itu, pasti malah jadi rebutan, dan daya tawar kita lebih tinggi," ungkapnya.
Baca juga: Lulusan S1 Daftar CPNS Pakai Ijazah SMA, Bisakah Mengajukan Penyesuaian Pendidikan?
Ina Liem pun membantah anggapan terkait jenjang karier lulusan S1 lebih terbuka daripada SMA.
Menurutnya, bukan tingkat pendidikannya, melainkan apa yang dilakukan selama menuntut ilmulah yang menjadi penentu jenjang karier cepat melesat atau diam di tempat.
"Bagi yang memaksimalkan waktu untuk terus belajar, tidak hanya akademis, jenjang karier akan lebih terbuka," ujar Ina.
Dia melanjutkan, keahlian yang dimiliki para lulusan SMA juga dapat jauh berbeda satu sama lain.
Hal serupa juga berlaku untuk individu dengan tingkat pendidikan sarjana, belum tentu kualitas yang dihasilkan sama.
"Jadi masalah jenjang karier, variabelnya banyak, tidak hanya jenjang studi formal," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.