Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kertas Menu Makan Malam Titanic 3 Hari Sebelum Tenggelam Terjual Rp 1,6 Miliar, Apa Isinya?

Kompas.com - 13/11/2023, 11:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Hasilnya, tidak ada contoh lain dari kertas menu makan malam untuk penumpang kelas satu Titanic yang masih ada hingga saat ini.

"Menu ini adalah penyintas luar biasa dari kapal laut paling terkenal sepanjang masa," kata dia.

Baca juga: Video 8K Pertama Titanic, Tampilkan Kondisi Bangkai Kapal Setelah 110 Tahun

Ditemukan dalam album foto 1960-an

Kertas menu makan malam tersebut ditemukan dalam album foto 1960-an milik Len Stephenson setelah meninggal dunia, oleh putri dan menantunya.

Len Stephenson merupakan seorang sejarawan komunitas di Dominion, Nova Scotia, Kanada, yang kerap mengumpulkan dan menyimpan banyak catatan sejarah.

Selain menu makan makan kelas satu, Henry Aldridge & Son of Wiltshire juga melelang barang Titanic langka lain, termasuk selimut dek tartan.

Selimut dek bermotif tartan untuk penumpang kelas satu itu kemungkinan besar digunakan selama penyelamatan penumpang.

Selama lelang, benda itu berhasil dibawa pulang dengan harga 96.000 poundsterling atau sekitar Rp 1,84 miliar.

Ada pula barang lain yang ditawarkan, termasuk jam saku buatan Swiss yang dimiliki dan diperoleh dari penumpang kelas dua Titanic.

Barang milik penumpang tersebut dijual dengan harga 97.000 poundsterling atau sekitar Rp 1,86 miliar.

Sementara itu, saat lelang, barang kenang-kenangan Titanic terbagi dalam beberapa kategori berdasarkan status.

Beberapa benda ditemukan dari bangkai kapal, milik para penyintas, atau kemungkinan besar telah dikeluarkan dari kapal sebagai kenang-kenangan.

Harry Bennett, profesor sejarah maritim di Universitas Plymouth, Inggris mengatakan, barang-barang yang diduga ditemukan dari tubuh para korban sangat meresahkan dan menimbulkan pertanyaan tentang moralitas pribadi.

"Hal-hal seperti ini mungkin lebih baik dilakukan di museum daripada di tangan swasta karena setidaknya menciptakan semacam konteks di mana masalah keuntungan lebih dikesampingkan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com